1. Keluarga Bahagia

22 8 13
                                    


Ketika bahagia menghampiri, jangan terlalu percaya diri, tak ada yang abadi, begitu juga dengan bahagia mu saat ini.

Rafika Deraya

➖➖➖

Hai, aku Rafika Deraya, biasa dipanggil Raya. Anak kedua dari dua bersaudara, kakak ku bernama Rafisha Denaya, aku biasa memanggilnya Kak Fisha. Papaku bernama Derian, dan Mamaku bernama Anaya.  Papa dan Mama adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepadaku, kakak juga kakak terbaik di dunia ini untukku. Bisa dibilang, keluarga ku adalah keluarga bahagia, dan aku bersyukur bisa terlahir di keluarga ini.

Aku adalah seorang siswi SMA, ya seorang remaja. Jika orang-orang bilang masa-masa SMA adalah masa terindah, aku tidak setuju, karena aku tidak merasakan demikian, atau, belum ?

Aku memang berteman dengan semua orang, tapi tetap saja, tempat ternyaman bagiku adalah rumah, aku tak pernah nyaman berlama-lama bersama teman-temanku, karena itu aku tak pernah punya teman dekat, satu-satunya teman curhat yang aku punya adalah Kak Fisha.

Hari ini adalah hari pertama di semester baru, aku di kelas yang cukup unggul, X IPA 2, ya walaupun tak dapat IPA 1, setidaknya aku dapat IPA 2, sudah cukup baik.

Aku sudah siap dengan seragam yang melekat ditubuh tinggiku, aku sedang menunggu Kak Fisha yang sedang mengeluarkan motor, setiap hari aku memang diantar Kak Fisha, walaupun Kak Fisha sudah berkuliah, dia tetap mau mengantarku kemana saja, sudah kubilang bukan, Kak Fisha adalah kakak terbaik di dunia ini untukku.

Sesampainya di sekolah aku segera memasuki kelas dan membaca buku, aku senang sekali menyendiri saat di sekolah, tak nyaman jika berlama-lama dengan teman-teman yang lain.

"Raya, ada ketos nyariin kamu tuh." Aku seketika menoleh, benar saja, sudah ada Kak Rama di sana, ketua OSIS.

Aku berdiri dan menghampiri Kak Rama segera, sebagai adik kelas aku harus sopan bukan ?

"Nyari saya Kak ?" Ia tersenyum ramah.

"Iya, Rafika Deraya ?" Aku mengangguk.

"Pulang sekolah nanti bisa minta waktunya sebentar ? Pembina OSIS mau bicara. "

"Iya Kak, bisa kok." Lagi-lagi ia tersenyum.

"Yaudah, itu aja sih, ditunggu ya nanti, di ruang OSIS." Aku mengangguk paham, Kak Rama pun sudah berlalu pergi.

Di sekolah, aku dikenal sebagai siswi pendiam, tak banyak ulah dan tak suka membuat masalah, kepintaran ku juga standar-standar saja, aku tak mengikuti ekskul apapun, aku tidak suka berlama-lama di sekolah, ingin cepat-cepat pulang saja rasanya.

➖➖➖

Jam pulang sekolahpun tiba, aku memenuhi janjiku untuk menemui pembina OSIS di ruang OSIS, aku berjalan santai sembari bersenandung pelan, sesekali membalas sapaan beberapa orang yang menyapaku.

Sudah ada beberapa siswa saat aku sampai, aku memilih duduk di sudut, tak lama kemudian, pembina OSIS datang bersama ketua dan wakil ketua.

"Baik anak-anak semua, tanpa berlama-lama lagi, kehadiran kalian di sini adalah untuk melakukan wawancara dengan Ibu." Semua memperhatikan dengan seksama.

"Kalian semua adalah siswa-siswi terpilih di sekolah, Ibu memilih kalian sebagai anggota OSIS, jika memang kalian berminat, jika tidak juga tak apa, Ibu tidak memaksa."

Satu persatu siswa mulai diwawancara, sepertinya sebentar lagi giliranku, aku bersiap-siap merangkai kata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan nantinya.

Esok dan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang