5. Gara-gara Horror

3 5 6
                                    

Tak pernah ku gantungkan harap pada manusia manapun, tapi sekalinya aku berharap, justru kecewa yang kudapat. Semoga setelah ini, tak ada harap atau kecewa yang lebih menyakitkan.

Rafika Deraya

➖➖➖

Seperti ucapan kak Rama kemarin, hari ini ada rapat OSIS, dan disinilah aku sekarang, menunggu kak Maya yang sedang ke toilet, izin sebentar dari rapat.

Sekarang memang belum waktu pulang sekolah, para guru sedang mengadakan rapat, karena itu, selama satu jam pelajaran, para siswa tidak belajar. Karena itu juga OSIS mengadakan rapat, dan akan disambung saat pulang sekolah.

"Yuk Ray," aku mengangguk, kami lalu berjalan beriringan kembali ke ruang OSIS.

"Ray, nanti nonton horror yuk, kata orang-orang bagus, gue mau nonton, sama lo ya ?"

"Ke bioskop ?" Tanyaku.

"Engga, di hp, sambil nunggu jadwal rapat abis pulang sekolah nanti."

"Dapet darimana kak ? Dari yang ga legal ya ?" Tanyaku menggoda.

"Engga, enak aja, dari aplikasi resmi ya," aku terkekeh melihat respon kesal kak Maya.

"Gimana ? Mau ?"

"Raya ga suka film horror sebenernya, tapi demi kak May, Raya mau deh," kak Maya tersenyum senang.

"Sayang deh sama lo," ucap kak Maya seraya memelukku.

"Saya masih normal Mba," kataku menjauhkan tubuh kami.

"Ga asik lo," kak Maya berjalan meninggalkanku, aku hanya menggeleng melihat tingkah kak Maya.

Saat sampai di ruang OSIS, aku kembali duduk ke tempatku, mendengar dengan seksama penjelasan kak Rama dan kak Alfi di depan sana.

Lima menit sebelum rapat guru selesai, rapat OSIS dihentikan, kami dipersilahkan masuk kembali ke kelas masing-masing.

"Raya !"

"Kenapa kak ?"

"Engga, mau ngingetin aja, pulang sekolah kita ada rapat lagi," entah sudah berapa kali kak Rama mengatakan ini.

"Iya kak," jawabku se-sopan mungkin.

"Raya !" Dengan sedikit kesal aku berbalik, menghadap kak Rama, lagi.

"Iya ?" Tanyaku sambil tersenyum.

"Nasi gorengnya ada di laci, dimakan ya, kakak duluan," aku mengerjap beberapa kali, sedetik setelahnya aku menahan senyum.

"Raya, cepet sebar undangan, bisa gila gue," heboh kak Maya yang tiba-tiba datang, entah darimana.

"Kak May kok masih disini ?" Tanyaku tak memperdulikan kehebohan kak Maya beberapa saat lalu.

"Kan emang masih disini, lo aja yang ga nyadar," aku berfikir sejenak, apa iya ?

"Raya, serius deh, itu bukan Rama, dia ga pernah kaya gitu ke makhluk yang namanya perempuan," ucapnya sambil mengguncang-guncangkan tubuhku.

"Udah deh kak, jangan bikin Raya GR," ucapku berjalan lebih dulu.

"Lo ga percaya si sama gue, tanya aja ke Alfi," kak Maya berusaha menyamai langkahku.

"Iya kak iya, Raya percaya," aku terus berjalan.

"Berarti lo percaya Rama suka sama lo ?" Aku menghentikan langkahku.

"Hah ?" Kak Maya ikut menghentikan langkahnya.

"Iya, lo percaya kalo Rama-"

"Masuk kelas yuk kak, guru Raya udah masuk deh kayanya," ucapku memotong ucapan kak Maya.

Esok dan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang