12. Pohon Angker

6 4 4
                                    

Beberapa hal kita anggap baik, padahal belum tentu. Beberapa hal lain kita anggap buruk, nyatanya tidak begitu.

Rafika Deraya

➖➖➖

Hari ini adalah hari pertama class meeting. Sedari dulu aku memang tidak terlalu menyukai acara seperti ini.

"Ray, kenapa sih ?" Kak Maya menepuk bahuku pelan.

"Raya nggak suka acara-acara kayak gini, kak." Kataku jujur, entahlah, aku tidak bisa berbohong di depan kak Maya.

"Kan lo cuma jadi panitia, nggak ikut main."

"Ya, iya sih."

"Tapi gue juga jadi nggak suka sih. Al marah-marah mulu ke gue. Sebelnya ke Rama, marahnya ke gue, kan nggak asik."

"Raya penasaran deh kak. Kenapa kak Alfi se-nggak suka itu ya liat kak Rama deket sama Abel ?"

Kak Maya berpikir sebentar.

"Menurut penalaran gue, Alfi itu nggak mau Rama deket sama orang yang salah. FYI aja nih, Ray, Alfi sama Rama itu temenannya udah lamaaaaaaa banget."

Aku mengangguk, menyimak.

"Dan Alfi juga paham banget, kalo Mamanya Rama nggak ngebolehin anak semata wayangnya terjebak di hubungan haram, pacaran."

"Kak Rama anak satu-satunya ?" Tanyaku.

"Iya, lo nggak tau ?"

Aku menggeleng.

"Dia nggak pernah bilang sih dia anak satu-satunya, tapi dari kesaksian Alfi yang udah temenan lama sama Rama, dia nggak pernah ngeliat orang lain selain Rama dan Mamanya."

"Kak Alfi cerita itu semua ke kakak ?" Tanyaku curiga.

"Hah ? Ya, gitu deh." Jawabnya salah tingkah.

"Cie, kak May." Kataku menggoda.

"Apa sih, Ray. Yuk ah, gabung sama anak-anak lain."

Aku tertawa melihat kak Maya yang salah tingkah berlalu pergi. Akupun segera menyusulnya.

Ternyata sudah banyak teman-teman OSIS yang datang. Kami memang datang lebih awal, untuk mempersiapkan hari pertama class meeting ini.

"Eh Raya, baru dateng ?" Tanya Abel yang entah benar-benar bertanya atau menyindirku.

Aku hanya tersenyum singkat. Benar ucapan kak Maya beberapa waktu lalu. Gadis di hadapanku ini mukanya banyak. Saat sedang bersama kak Rama ia jadi sosok lemah lembut dan anggun. Lain lagi saat di kelas, ia jadi sosok arogan yang maunya menang sendiri.

"Ujiannya gimana kemarin ?" Tanya kak Rama yang baru saja berdiri di sebelah Abel.

"Lancar, kak." Jawabku singkat.

"Kak, Aku mau ke kelas deh, takutnya ganggu kamu sama anak-anak OSIS." Abel menggandeng tangan kak Rama dari samping.

Aku mengernyit bingung, sejak kapan mereka jadi sedekat ini ?

"Mau aku anter ?"

Abel mengangguk antusias. Mereka berlalu pergi tanpa mengatakan apapun padaku.

"Kenapa Rama jadi gini ya ?"

"Ya ampun !" Kagetku saat kak Alfi tiba-tiba berbicara di sebelahku.

"Sorry ngagetin lo." Katanya tanpa dosa.

"Serius deh, gue lebih suka Rama deket sama lo dibanding sama si cabe keriting."

"Cabe keriting ?" Tanyaku heran, tahu dari mana kak Alfi soal julukan itu ?

Esok dan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang