11. Kue Coklat

5 4 3
                                    

Hidup itu seperti coklat. Ada manisnya, juga ada pahitnya. Yang menurutmu pahit, mungkin punya nilai tersendiri bagi para penikmatnya.

Rafika Deraya

➖➖➖

Semakin hari, kak Rama semakin dekat dengan Abel. Dan aku pun semakin terbiasa dengan hal itu. Semua kembali pada tempatnya. Kak Rama seorang ketua OSIS yang dikenal banyak orang, dan aku siswi biasa yang tak terlalu dikenal.

Tak terasa, minggu depan kami akan ujian kenaikan kelas. Aku jadi berpikir, apa aku berhenti saja jadi anggota OSIS ? Rasanya sudah cukup dalam hal ini. Aku ingin kembali pada diriku yang dulu.

"Ray, ayok !" Teriak kak Maya sembari mengodeku agar segera mendekat.

"Sabar dong, kak." Kataku pura-pura sebal.

"Waketos lagi PMS kayaknya, marah-marah mulu dia kalo liat gue." Katanya curhat.

Aku tertawa. Kamipun segera menuju ruang OSIS. Hari ini ada rapat mengenai class meeting yang akan diadakan seusai ujian.

"Lho, kok pada di luar ?" Tanyaku melihat teman-teman OSIS lain berkumpul di depan ruangan kami.

"Raya, Rama mana ?" Tanya kak Alfi.

Aku menggeleng.

"Ini kenapa pada di luar sih, Al ?" Tanya kak Maya.

"Ruangan kita dipake anak PMR, katanya Rama yang kasih izin." Jawab kak Alfi yang nampak menahan marah.

"Kak Rama ?" Lirihku.

"Udah lo hubungin tu anak ?"

"Udah dari tadi, tapi nggak ada jawaban. Paling lagi sama ceweknya."

Kak Alfi menyandarkan dirinya di tembok. Terlihat jelas ia tengah menahan emosi.

"Udah dari tadi ?" Kak Rama datang dengan Abel di sebelahnya.

"Dari mana aja lo ?" Kesal kak Alfi.

"Kenapa ruangan kita dipake anak PMR ?" Kak Maya bertanya.

Kak Rama terpojok, ia gelagapan.

"Kak Rama nemenin Abel tadi sebentar. Masalah ruangan juga udah izin kok sama Bu Tina. Soalnya anak PMR harus rapat hari ini, ruangan mereka kan lagi di renovasi." Kata Abel menjelaskan.

"Terus menurut lo, kita-kita juga nggak harus rapat ?" Kak Alfi menatap Abel tak suka.

"Lo apaan sih, Al. Kan rapatnya bisa di tempat lain." Balas kak Rama marah, terlihat jelas ia tak suka Abel diperlakukan seperti itu.

"Di mana ?" Tanya kak Maya.

"Di rumah gue, Mama udah tau."

"Kenapa nggak anak PMR aja yang rapat di rumah lo ?" Kak Alfi lalu pergi begitu saja.

"Yok, Ray." Ajak kak Maya padaku.

Semua anggota OSIS satu-persatu menuju parkiran. Hendak ke rumah kak Rama. Namun, entah mengapa aku masih diam di tempat.

"Kamu duluan aja." Katanya yang diangguki Abel, gadis dengan rambut panjang itu sudah berlalu pergi.

Esok dan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang