9. Berbeda

7 4 4
                                    

Hadirmu memang selalu ada, tapi sosok mu, sudah hilang entah kemana.

Rafika Deraya

➖➖➖

Saat ini aku tengah duduk seorang diri di kursi panjang yang biasanya diisi banyak orang. Kursi ini posisinya tak jauh dari kelasku. Aku bisa dengan mudah melihat kelasku tanpa penghalang apapun.

Sejak aku tahu kak Rama menyukai Abel, aku jadi tak nyaman berada di dekatnya, tak seperti awal-awal aku mengenalnya.

Lihatlah, kak Rama sedang tertawa bahagia dengan gadis yang disukainya.

"Ray !"

Panggilan itu, pasti kak Maya.

"Ngapain ?" Tanyanya.

"Duduk, kak."

"Ngelucu ?" Tanyanya lagi sembari tertawa, aku pun ikut tertawa.

Kak Maya lalu duduk di sebelahku.

"Ray, si cabe keriting kayaknya suka deh sama Rama." Katanya melihat kak Rama dan Abel di depan kelasku.

"Kak Rama juga kayaknya suka." Kataku menambahkan.

"Lo gapapa ?"

"Gapapa, kak."

"Lo nggak cemburu gitu ?"

"Mau kak Rama deket atau suka sama siapapun, Raya nggak masalah, tapi ya jangan jauhin Raya juga kali."

"HAH ?"

Kak Maya menangkupkan wajahku dengan kedua tangannya. Matanya berusaha menelisik mataku.

"Lo nggak suka sama Rama ?"

"Raya nggak tau."

"Lo liat Rama deket sama si cabe keriting gimana ?"

"Ya, nggak gimana-gimana, cuman ya, Raya sedih aja kak Rama jadi beda gitu."

"Alhamdulillah, berarti lo nggak suka sama Rama. Inget ya Raya, lo nggak suka sama Rama, oke ?"

Aku mengangguk saja.

"Nggak ada yang boleh nyakitin lo, termasuk ketua OSIS, si Rama sekalipun." Ujar kak Maya serius.

Aku tersenyum, setidaknya masih ada kak Maya di sisiku.

"Tapi, si cabe keriting nggak macem-macem kan sama lo ?" Tanyanya serius.

"Enggak, kak."

"Kalo dia berani macem-macem, bilang ke gue, biar gue kasih paham."

"Siap." Kataku bersikap hormat.

"Senin depan kan kita ujian tengah semester, fokus ke sana aja oke ? Nggak usah pikirin si Rama, nggak guna."

"Iya, kak, kan Raya nggak suka sama kak Rama."

"Bagus-bagus."

Esok dan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang