PART 10 : Hujan

52 6 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hujan turun dengan deras, kini Esther sedang duduk malas di bangkunya. Ah ... mengantuk, Esther tidak tahan lagi. Dia mau cepat-cepat pulang kerumah!

Esther memandangi rintik hujan dengan mata kosong. Tolong! Kini dirinya sedang ditimpa rasa bosan, kantuk, malas, dan semuanya bergabung menjadi satu.

Dia mau pulang dan bertemu Ren!

Aish, Buru-buru Esther mengibaskan tangan disekitar kepalanya. Beberapa hari ini, khayalan di otaknya semakin tidak terkendali.

"Lo kenapa?" Royan atau yang kerap dipanggil Oyan, si Ketua OSIS SMP Gerhana memandangi Esther dalam, dengan posisi tangan menelungkup wajah sama seperti Esther, walau jarak mereka agak jauh.

Esther mengerjap. "Ngelamun, memang kenapa?" sewot Esther, teman yang duduk di depan Esther ini memang kadang agak cerewet, entah kenapa.

"Gak deng, cuma tanya aja. Silahkan dilanjut Mbak, khayalannya."

"Brengsek."

Terdengar suara kekehan pelan dari mulut Royan. Dasar, apa Esther tidak bisa sedetik saja bersikap lembut seperti gadis lainnya? Yah, dia memang beda. Entah dari kepribadian, atau yang lainnya.

Ketika semua perempuan menatap Royan dengan mata antusias dan berbunga-bunga, Esther memberikan tatapan seperti sayatan pisau yang tajam bersamaan dengan suasana suram dari kantong matanya.

Apa kalian tau apa yang membuat Esther spesial?

Iya,

Sesuatu yang berbeda, kadang bisa menjadi sesuatu yang spesial. Sudut bibir Royan terangkat, lalu cowok tinggi itu tersenyum tipis kemudian bergumam, "udah kalah start."

***

Cery melirik jam tangan ditangan, hari ini dia ngedate. Tapi, sayangnya baru saja Cery memutuskan hubungan karena tidak sengaja melihat pacar baru Cery tersebut berselingkuh.

Dasar muka kardus.

Dasar buaya.

Cowok itu semuanya sama saja.

Jam menunjukkan pukul 5 sore, langit pun menangis deras. Cery terjebak, dia tidak bisa pulang. Apalagi Esther tidak bisa dihubungi akhir-akhir ini karena kepadatan jadwal Esther sekarang.

Cery tersenyum bangga. Dasar, Esther itu sudah Cery anggap seperti anaknya sendiri. Jadi, saat Cery melihat Esther yang sekarang kelelahan karena lama berada diluar, membuat Cery bangga.

Syukurlah, Esther tidak menjadi abu bersama kasurnya itu.

Sekarang, dia punya banyak kesibukan. Esther benar-benar sudah puber!

"Cery ya?"

Cery mengerjap, dia agak terkejut. Siapa itu?! Terdengar seperti suara laki-laki. Apa dia mau modus? Yah, baguslah. Cery juga lagi butuh tumpangan. "Iya—"

Love MeaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang