Savior

22 5 0
                                    

"Laporan yang kemarin aku kasih, udah dipelajarin, Ay?" tanya Kak Sena dengan mata yang fokus pada layar monitor di depannya.


"Udah, Kak," jawabku lirih.


"Bagus deh. Ada yang bingung nggak? Atau ada yang mau ditanyain?" tanyanya lagi.


"Enggak, Kak. Belum bingung," jawabku asal.


"Ha? Gimana-gimana?" atensi Kak Sena beralih padaku dengan alisnya yang sedikit mengernyit.


"Eh, itu, maksudnya belum ada yang bikin bingung, jadi belum ada yang pengen ditanyain. Gitu, Kak," jelasku tergagap pada mulanya.


"Ohh gitu. Ya udah kalo gitu kamu kerjain yang ini ya. Bikin artikel pake tema yang udah disebutin di sini," Kak Sena menjelaskan tugas yang harus kukerjakan, "aku tinggal sebentar nggak apa-apa ya?".


"Iya, Kak," jawabku pelan.


Kak Sena memang sering meninggalkan ruangan ini. Maklum saja, dia adalah ketua tim yang bertugas mengkoordinir anggota tim serta menjadi penghubung antara timnya dengan tim lain. Jadi, wajar saja jika dia jarang ada di mejanya. Pasalnya, memang banyak sekali hal yang harus diurusnya.


"Kalo kerja yang fokus," suara Kak Yudha membebaskanku dari lamunan.


Tapi, bagaimana bisa dia tahu aku sedang tidak fokus? Sedangkan tempat duduk kami saja saling membelakangi.


"Sena emang bagian ngebimbing, tapi kalo urusan ngawasin kinerja lo, itu tugas gue," imbuhnya.


Diawasi oleh singa bermata elang, membuatku merasa ingin menjadi kapur barus saja. Supaya bisa menyublim sekarang juga.


"Iya, Kak. Maaf," ucapku dengan rasa bersalah.


"Haaaloooo everybodyyy..." sebuah suara tiba-tiba menyeruak memenuhi seiri ruangan.


"Berisik!" Kak Yudha kesal, sudah pasti.


"Hetttt galak amat, Bang. Nggak kangen sama gue hah? Kata Teh Sena lo kemarin nggak selera makan gara-gara nggak ada gue? Makanya hari ini gue bela-belain masuk biar lo semangat," laki-laki yang masih berdiri di ambang pintu itu berujar panjang lebar.


"Hm," dehaman Kak Yudha terdengar sangat jengah dan tidak ikhlas.


"Ehh, ada neng geulis. Namanya siapa nih?" lelaki yang baru tiba itu berjalan ke arahku.


"Kailyla, Kak. Panggil aja Ayla," sahutku seramah mungkin.


"Adudu... geulis pisan namanya, apalagi orangnya. Kenalin, saya Dhyon, panggil aja Aa Doy" ucapnya sembari mengulurkan tangan.

Record of LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang