Tonight Show

11 2 0
                                    

Aku duduk di sebuah kafe yang berada tak jauh dari kantor. Hanya seorang diri, mengingat bahwa ini adalah hari libur setelah jadwalku yang begitu padat. Mungkin memang seperti inilah rasanya mengejar mimpi. Banyak sekali hal yang harus kita korbankan. Terutama waktu bersama orang-orang tersayang.

Bicara tentang orang tersayang, aku jadi teringat dengan seseorang. Dia bukan orang biasa dalam hidupku. Dia istimewa, pemilik ruangan terbesar dalam hidupku yang kosong semenjak kepergian ayah beberapa tahun silam.

Sembari menyesap secangkir coffee latte yang tak pernah bosan kupesan, aku memeriksa ponsel yang sedari tadi berada di dalam tas kecilku. Sejenak kupandangi tas mungil itu, senyumku terbit. Mendadak terpikir olehku, sejak kapan ya aku jadi feminim begini?

Maksudnya, lihatlah tasku, benar-benar tampak seperti milik seorang perempuan tulen, alias girly. Mengingat sebelum lulus kuliah dulu, aku merupakan penggemar barang-barang berbau laki-laki. Serba hitam, klasik, dan simple.

Berbeda sekali dengan diriku yang sekarang. Warna-warna pastel mendominasi barang kepunyaanku. Cukup menggelikan sebab dulu barangku tak akan jauh dari warna hitam atau navy.

Kembali ke tujuan awal, memeriksa ponsel. Karena hari ini aku libur, maka seharian tadi ponselku hanya tidur nyenyak di dalam tas. Aku memang tidak suka diganggu jika sedang menikmati hari libur. Menurutku, ini adalah waktu yang terlalu berharga untuk diinterupsi oleh orang lain.

Namun, hal itu tak berlaku untuk seseorang yang setiap jam, menit, detik aku rindukan. Selain semua nama yang ada dalam Kartu Keluarga tentunya. Untuk seorang perempuan yang tengah memasuki pertengahan usia 20-an, apalagi kalau bukan pasangan.

Jari-jariku bergulir di atas layar ponsel yang menyala. Mencari sebuah nama yang sudah masuk dalam daftar prioritasku sejak satu setengah tahun yang lalu. Tepat di hari kelulusan yang menjadi momen paling diidamkan hampir semua kaum perempuan. Iya, dia mengungkapkan keseriusannya padaku tepat di depan keluargaku. Sungguh manis bukan?

Aku merasa begitu bangga memilikinya. Mengingat kejadian di masa lalu terkadang membuatku tergelak sendiri. Sungguh lucu dan sulit diterima nalar. Apalagi hubungan kami dulu tak begitu baik. Sikapnya seringkali membuatku salah paham. Namun siapa sangka jika ternyata selama itu, ia sudah menyimpan perasaannya padaku. Ia memendam untuk diungkapkan di waktu yang paling tepat.

Rencananya berhasil. Kami bersama.

Mungkin agak aneh ketika aku harus bersusah payah mengetikkan huruf demi huruf untuk menemukan nama manusia paling berharga setelah keluargaku itu. Pasalnya, mungkin sebagian besar orang akan menyematkan nama pasangan mereka di kolom chat paling atas. Sehingga akan mudah untuk menemukannya.

Sebenarnya, aku termasuk dari 'sebagian besar' itu. Nama kekasihku berada di urutan paling atas dan menjadi satu-satunya kontak yang kusematkan. Namun kali ini aku sedang tidak menggunakan aplikasi hijau itu.

Aku tengah mencari namanya dalam daftar kontak biasa dan akan menghubunginya melalui sms. Kuno memang, namun sekali lagi kutegaskan bahwa ini adalah hari liburku yang sangat berharga.

Aku tidak mau menyalakan data internet hanya untuk mendapatkan pesan yang menurutku terasa seperti gangguan. Tolong, WhatsUp terkadang bisa menjadi hal yang begitu menyeramkan bagi sebagian orang.

Bagaimana dengan kekasihku itu? Ayolah, kami sudah mengenal dan menjalin hubungan serius ini cukup lama. Jadi, ia sudah paham dengan tabiatku yang satu ini. Saat seperti ini pula, ia tidak akan menghubungiku terlebih dahulu. Ia tidak ingin membuatku merasa tidak nyaman.

Record of LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang