01

1.2K 65 18
                                    


"Sunuuuu,tungguin gue dong",ujar seorang pemuda tampan bersurai pirang dengan sedikit warna biru diujung rambutnya sembari berlari mengejar seseorang yang berjalan sedikit jauh dari tempatnya.

Orang yang pemuda itu panggil dengan panggilan "sunu" itu hanya berdecak sembari memberhentikan langkahnya kemudian berbalik menghadap temannya yang sedang mengerjarnya.

"Nama gue Alvino Sunwoo Alpheratz terus dipanggil Sunwoo,lu seenaknya manggil gue 'Sunu',belum pernah ngerasain sarung di mulut lu ya?", protes pemuda bernama Sunwoo tersebut.

Pemuda tadi hanya menunjukkan senyuman bodohnya dan mulai berjalan bersama Sunwoo.

"Yeu,maaf kali Sun,gue suka aja manggil lu sunu gitu", jelasnya yang hanya dibalas deheman malas dari oknum Sunwoo Alpheratz tersebut.

"Oi Bar"

Pemuda yang bersama Sunwoo tadi menoleh ke arah seorang pemuda lain yang baru saja keluar dari rumah megahnya.

"Weeeh,Raden kita", ucap pemuda itu yang diketahui bernama Baram Satyangga Eric Damarlangit.

Namanya ga nyambung emang,tapi gapapa.

"Tolong ya Raden,panggil gue Eric aja kenapa sih?,itu panggilan gue pas TK",protes pemuda yang mengaku bernama Eric tersebut.

Pemuda yang dipanggil 'Raden' hanya mengibaskan tangannya tak peduli kemudian menutup gerbang rumah megahnya karena satpam rumahnya tak ada di pos nya.

Pemuda tersebut bernama Alvaro Jungmo William dan sering dipanggil dengan nama Jungmo atau Raden Mogu.

Beuh,kece sekali bukan?.

Kenapa dipanggil'Raden'?,karena dia yang paling sultan.

Sunwoo menatap ke sekitar,"loh,pak Yanto mana?,tumben ga ada di pos",ucapnya setelah menyadari bahwa pak satpam keluarga William tak ada di posnya.

Jungmo tertawa,"tau tuh,bosen kali gegara tukang sayur yang biasanya lewat lagi libur", ucapnya kemudian berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Sunwoo dan Eric.

Dah kaya pengawal pribadi mereka mah.

"Eh ngajak kak Dino ga?",tanya Eric setelah diam sedari tadi.

"Iya aja,sekalian kita ajak dia beli bakso di warungnya mang Ujang,gue yang traktir",ucap Jungmo sembari menghitung beberapa lembar uang di tangannya.

Kek Riya' sih jatuhnya,tapi gapapa soalnya niat dia udah baik mau nraktir temannya.

Eric menggosok tengkuknya canggung,"gue bayar sendiri aja deh,gue ga enak tiap jajan pasti lu yang bayar", ucapnya sembari tertawa canggung.

"Yang bener aja tolol,ini buat balas budi gue ke lu yang udah mau gaplokin si Delvin sampe nangis kejer pas balik,itu udah ga ada duanya lagi sih",ucap Jungmo sembari memencet tombol bel di sebuah gerbang rumah sederhana namun terlihat luas dengan pepohonan yang rindang.

Eric menggeleng,"tapi gue udah banyak nyusahin lo Jung,bahkan seragam sekolah aja lo yang bayarin"

Iya,Eric memang dibesarkan di sebuah keluarga yang hidup pas-pasan namun cenderung kurang, bahkan untuk membeli buku tulis lengkap dengan alat tulisnya,Eric harus menahan hasrat untuk membeli makanan yang tersedia di kantin sekolahnya.

Jungmo ingin menyangkal perkataan sahabatnya itu,namun gerbang rumah tersebut sedikit terbuka menampakkan seorang pemuda manis dengan kaca mata yang bertengger apik di hidung mungilnya.

Itulah Dino,Dino Chanhee Pamungkas .

Pemuda yang lebih tua dua tahun dari ketiga sahabatnya itu tersenyum manis sebelum memberikan gestur mempersilahkan masuk ke dalam halaman rumahnya.

Damarlangit [ RicSun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang