22 ( last chapter )

421 28 0
                                    


Sudah seminggu setelah kepergian Eric dari dunia,dan seminggu pula suasana kelas terasa berbeda dari biasanya.

Tak ada Baram Satyangga Eric Damarlangit,si ketua kelas dengan nama sepanjang kereta yang sifatnya membuat orang ingin memukul kepalanya namun tetap disayang karena selalu mementingkan kepentingan anggota kelasnya.

"Gue kangen Eric dah",ucap Jongho yang langsung diangguki oleh teman sekelasnya.

Jihoon mengambil sebuah bolpoin dengan hiasan glitter dan kuda unicorn dari saku jasnya,ia menatapnya dengan tatapan sendu.

"Gue inget,dulu pas penerimaan siswa baru,gue pernah hampir dihukum karena ga bawa bolpoin,dan tiba-tiba Eric dateng minjemin bolpoin dia walaupun dia cuma punya satu doang, dan dia gantiin gue buat dihukum sama kakak kelas".

Yeji yang duduk disebelah Jongho mengambil tiga buah jepitan rambut dengan ornamen sebuah kucing berwarna putih,bintang,dan bulan yang sering ia pakai selama ini.

"Pas gue ulang tahun,daripada ngasih tas mahal ataupun barang branded lainnya,Eric lebih milih ngasih gue jepitan rambut ini,sederhana memang,tapi usaha yang dia lakukan cuma buat bikin jepitan inilah yang gue suka, dia cerita kalau jari dia cuma luka sedikit padahal seluruh ujung jari dia diplester",ucap gadis itu sembari menatap jepitan rambut tersebut.

"Dia juga bilang kalau dia selalu kepikiran kucing kalau liat gue,makanya dia bikin jepitan rambut ini dengan hiasan kucing,dan dua lainnya karena dia pengen doang,suka gajelas dia mah",lanjut Yeji.

"Aduh,gue jadi pen mewek,kita semua punya barang kenangan dari Eric, niat bener dah bikin kita jadi gamon gini sama dia",ucap Haechan yang daritadi mendengarkan perkataan Yeji.

Jongho mengangguk,"gue pernah dikasih satu sapu tangan yang dikasih jahitan bentuk beruang sama apel sama Eric,dia ngasih sambil sambat kalau jari dia ketusuk mulu,tapi dia seneng karena bisa ngasih sesuatu di ulang tahun gue".

"Sapu tangannya sekarang mana?",tanya Haechan penasaran.

"Ya gue simpen lah,yakali gue bawa kemana-mana".

.

"Ayah,aku boleh lepas perbannya ga sih?,ga sabar buat ketemu Eric",tanya Sunwoo tak sabar.

"Bentar lagi ya,dokter lagi otw kesini", jawab Daniel.

"Emmm,Eric kemana sih?,kok seminggu ini ga kelihatan disini?",tanya Sunwoo lagi.

Sang Bunda yang sedang mengupas apel kemudian menghentikan kegiatannya saat anaknya kembali menanyakan keberadaan Eric.

"Ah,anu,dia udah pulih,jadinya udah pulang,nanti kamu bakal ketemu lagi kalau udah sehat, jadi cepet sembuh ya",jawab Daniel sembari mengelus rambut anaknya .

Sunwoo mengangguk sembari tersenyum lucu,"aku jadi ga sabar buat lepas perban terus ketemu Eric".

.

"Huweeeee,Juyeoooooon".

Juyeon menatap malas Seonghwa yang malah menangis saat keluar dari rumah mendiang Eric.

Lagi pula,salah Seonghwa sendiri yang berinisiatif untuk membersihkan rumah tersebut padahal dirinya masih sering menangis jika mengingat kenangan bersama pemuda yang lebih muda darinya itu.

"Apasih lu?,udah gue bilangin kalau biar gue aja yang bersihin rumahnya,ngeyel sih",omel Juyeon yang membuat Seonghwa mengerucutkan bibirnya.

"Lu ga sedih Juy?",tanya Seonghwa.

Juyeon mendengus geli,"bohong kalau gue ga sedih,tapi buat apa sih nangisin dia?, biarin Eric bahagia disana,jangan bikin dia ngerasa bersalah karena ninggalin kita",ucap Juyeon bijak.

Damarlangit [ RicSun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang