DIGEREBEK POLISI

1.6K 86 14
                                    

Andini bisa bernafas lega. Akhirnya apa yang dia pertahankan tidak sia-sia. Meski harus bertahan dengan rasa sakit satu minggu belakangan ini. Tak menjadi masalah buatnya karena sudah berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Ayo bersulang.... cheers!!" Andini berteriak mewakili suasana hatinya yang kini sudah lega. Dia mengundang teman-teman sosialitanya ke cafe yang khusus dia pesan untuk acaranya malam ini.

"Aku minum jus jeruk aja deh. Ga berani minum. Aku bisa digantung sama suamiku yang rajin ngaji dan sholat itu kalau sampai tahu minum bareng kamu, Din," ucap Lena.

"Ah ga asik lo Len. Gapapa lah minum sekali kali." Andini sudah mulai oleng. Bayangannya sudah mulai kabur dan kepalanya terasa pening. Rasanya seperti terbang ke angkasa. Ringan sekali hatinya sekarang.

"Din, jangan minum banyak-banyak. Kamu bisa mabuk nanti. Ini saja kamu sudah mulai mabuk koq," tegur Lena. Lena tampak khawatir karena takut jika Andini sampai mabuk. Dia tahu sahabatnya ini sedang bahagia. Dan sedang butuh pelampiasan. Tapi dia tidak setuju jika pelampiasannya adalah dengan minum minuman keras.

"Ah sudahlah Len. Kamu ga tahu aku sedang bahagia. Flying in the sky Len. Fly... i'm fly." Andini lalu tertawa terbahak. Membawa badannya pun sudah sempoyongan.

"Din, kita pulang aja ya. Kalau suamiku tahu, aku bakal dipecat jadi istri." Lena ketakutan. Dia sangat takut jika suaminya marah. Apalagi tahu dia sekarang sedang kumpul dengan teman-temannya yang hampir semuanya suka minum. Hanya Lena dan dua orang teman lainnya yang hanya minum jus jeruk.

"Ayolah Len, kita nikmati saja. Suamimu ga akan tahu Len," Andini sampai tak sanggup lagi mengangkat kepalanya. Dia menyandarkan kepalanya di atas meja. Sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi kemudian. Hanya suara samar-samar saja.

"Semuanya diam di tempat!! jangan ada yang berusaha keluar dari tempat ini!!" tiba-tiba beberapa anggota polisi masuk menggrebek tempat yang dipesan oleh Andini.

"Ada apa ini, Pak? kami hanya makan malam bersama. Kenapa tiba-tiba digerebek begini? Din, Din bangun Din." Lena yang dalam keadaan sadar melihat banyak polisi masuk ke ruangan yang mereka pesan. Dia menoleh ke arah Andini yang sudah tak sadarkan diri.

"Kami mencurigai ada yang membawa barang haram di sini." ucap salah satu Polisi yang menurut Lena itu paling tampan di antara Polisi yang lain. Dia seperti pernah melihat. Tapi lupa siapa.

"Barang haram? maksud Bapak minuman keras?" Lena tak mengerti apa yang dimaksud polisi itu.

"Periksa semua wanita ini!!" polisi itu tidak menjawab pertanyaan Lena. Beberapa polwan memeriksa Andini dan teman-temannya. Termasuk Lena.

"Komandan, kami menemukan ini." ucap seorang polwan pada polisi ganteng yang dipanggil komandan. Ada bungkusan plastik berukuran kecil yang isinya mirip tepung berwarna putih.

"Apa itu? Si Sisca ngapain bawa tepung segala? mau bikin bakwan dia?" gumam Lena saat melihat bungkusan yang ditunjukkan polwan pada komandannya.

"Aduh mau periksa saya Bu Pol? saya ga bawa tepung Bu. Sisca pasti habis bikin bakwan tuh. Tepungnya sampai kebawa ke sini," ucap Lena pada Polwan yang memeriksanya.

"Itu bukan Tepung, Mbak. Itu s*bu," ucap polwan.

"Ah perasaan tadi kami tidak pesan shabu-shabu koq Bu Pol. Ini kan bukan restoran Jepang."

"Bukan shabu-shabu Mbak. Tapi S*bu. Salah satu jenis Nark*t*ka."

"Astaghfirullah.. Sisca makai barang haram itu ternyata." Lena mengelus dada.

"Hanya dia yang bawa?" tanya komandan Polisi.

"Iya Komandan, hanya wanita itu yang bawa. Kata Mbak itu, namanya Siska."

"Oke kita periksa semua urin mereka. Jangan ada yang kabur sebelum hasilnya keluar."

Polwan itu menyuruh satu persatu teman Andini masuk ke toilet untuk diperiksa urinnya.
"Mbak-Mbak ayo ke toilet dulu. Kita mau periksa urinnya," ucap Polwan pada Andini.

"Dia lagi mabuk Bu Pol, udah susah deh kalau begini."

"Mbak, bisa minta tolong bawa dia ke toilet? nanti saya bantu."

"Baik Bu Pol." Lena dan Polwan mengangkat Andini yang masih setengah sadar itu. Tapi tubuhnya sempoyongan.

"Andini??"

"Lho Bapak kenal?" tanya Lena saat Komandan Polisi itu menyebut nama Andini.

"Kamu-- Lena bukan?"

"Ha?? koq Pak Polisi ganteng tahu nama saya?"

"Len, lupa sama aku? Aku Gusti teman SMA mu. Sudah lupa ya?"

"Astaghfirullah.. Gusti?? Muh. Gusti Firdaus?" Lena menyebut nama lengkap komandan polisi itu dengan nama lengkapnya.

"Iya.. "

"Komandan, kami ke toilet dulu ya. Reuninya nanti saja ya. Berat ini, Ndan." ucap Polwan yang sudah memapah Andini.

"Oh iya maaf."

Lena dan Polwan memapah Andini ke toilet. Dan yang masuk tentu saja Lena dan Andini saja.
"Ayo, Din cepet pipis dulu. Udah ditunggu polwan di depan. Gara-gara kamu nih aku jadi kena masalah." Lena pun buang air kecil juga karena dia juga dites urinnya.

"Ga mau ah Len. Aku pengen tidur nih..ngantuk. Ngapain sih disuruh pipis? terus ngapain kamu di sini?" Andini berpegangan pada tembok. Tubuhnya sudah tidak bisa berdiri tegak karena kehilangan sebagian kesadarannya.

"Kamu ini udah bikin hidupku susah masih nanya aja. Tuh Si Siska bawa S*bu. Jadi semua dites urin. Emang rese itu cewek. Lagian ngapain kamu undang dia segala sih. Orang nyebelin begitu masih aja dijadiin temen. Ah selesai. Udah cepetan Din. Aku tinggal lho. Kalau suamimu tahu bisa gawat nanti."

"Bentar sih Ren. Aduh!!" Kepala Andini terbentur tembok. Dia lalu mengikuti apa yang diperintahkan Lena. "Sudah nih Len." Andini menyerahkan gelas plastik kecil tertutup kepada Lena. Dia masih belum bisa menyeimbangkan tubuhnya.

"Duh rokmu nih terbuka. Dasar mabuk. Pake rok aja asal. Untung ada aku Din." Lena membetulkan rok yang Andini pakai. Lalu memapahnya ke luar dari toilet.

"Sudah Bu Pol. Ini." Lena memberikan sampel urin miliknya dan Andini pada Polwan yang masih menunggu di depan toilet. Lalu membantu Lena memapah Andini kembali ke mejanya.

"Sudah selesai?" tanya Polisi yang bernama Gusti yang tidak lain adalah teman SMA Andini dan Lena.

"Sudah, Ndan." Polwan itu membantu Andini duduk kembali lalu menyerahkan sampel urin pada petugas yang lain untuk diperiksa.

Gusti mendekati Lena dan menggelengkan kepala saat melihat Andini yang sudah tertidur.
"Andini sekarang minum, Len?" tanya Gusti.

"Sudah lama sih. Sejak dia kuliah dan kenal sama Galang. Yang sekarang jadi suaminya."

"Lalu suaminya kemana? apa dipanggil ke sini aja Len biar dia tahu istrinya sedang mabuk."

"Tidak perlu Gus, suaminya sekarang lagi bulan madu."

"Bulan madu? maksudmu apa Len?" Gusti terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Lena.

"Iya bulan madu sama istri mudanya. Keren kan? itu yang membuat Andini jadi seperti ini."

"Kasihan Andini. Suaminya ternyata menikah lagi." Gusti menatap iba pada Andini. Wanita yang dulu pernah mengisi hatinya ketika SMA. Sekarang nasibnya jadi seperti ini.

ISTRI YANG TAK DIINGINKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang