Galang masih memikirkan kejadian tiga hari yang lalu. Hatinya sangat sakit saat melihat Andini berdua dengan laki-laki lain di rumah yang pernah menjadi saksi rumah tangganya dengan Andini.
"Mas, merokok lagi?" tanya Kartika saat melihat Galang di teras rumah.
"Hmmm.." Lelaki itu menghisap sigaret ditemani pula dengan secangkir kopi pahit.
"Masih mikirin yang kemarin, Mas?"
"Hmm..".Galang rasanya enggan bicara dengan Kartika. Entah kenapa. Yang ada di pikirannya semuanya tentang Andini sekarang.
"Maaf ya Mas. Harusnya Mas tanyakan baik-baik dengan Mbak Andini. Aku koq tidak yakin kalau Mbak Andini seperti itu."
"Kenyataannya memang seperti itu, Kar. Ah sudahlah.. Aku ga mau ingat lagi."
"Jadi dengan kejadian ini, apa Mas Galang masih akan keukeh untuk rujuk dengan Mbak Dini?"
"Aku ga tahu Kar!! Sudah jangan tanya terus. Aku pusing!!" Galang membuang puntung sigaret lalu menginjaknya hingga hancur bersatu dengan tanah. Galang langsung masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Kartika sendiri di teras.
"Mas.. kapan kamu akan sepenuhnya mencintaiku?" Kartika terisak. Dia jadi cengeng sejak hamil.
Melihat Galang masuk lebih dulu, Kartika berniat menyusul. Dia mengambil cangkir bekas minum Galang. Lalu masuk ke dalam rumah. Ternyata sudah ada Angga di belakangnya.
"Nda, kapan kita pulang?" rengek Angga tiba-tiba. Anak laki-laki Andini dan Galang itu menarik gamis yang dipakai Kartika.
"Sabar ya Angga. Kata Papa kita masih harus di sini." Kartika meletakkan cangkir di dapur lalu kembali menghampiri Angga. Dia berbohong tentang ini.
"Aku kangen tama Mama, Bun. Aku mau liat Mama."
"Angga masih sayang sama Mama?"
"Masih. Aku tayang tama Mama."
"Tapi Mama kan jarang di rumah, Nak."
"Gapapa. Aku tangen Mama." rengek Angga lagi.
Tadinya Kartika pikir Angga sudah lupa dengan Andini. Tapi entah kenapa sekarang jadi teringat lagi akan sosok Andini. Padahal Dia sudah berusaha menjadi ibu yang baik untuk Angga.
"Sekarang Angga tidur ya. Sudah malam. Besok kita ke rumah Mama."
"Benelan Bunda?"
"Iya, bener koq." Kartika menggandeng Angga masuk ke dalam kamar. Dan menidurkannya. Angga terlihat tidak nyaman. Matanya belum juga mau terpejam. Entah apa yang dipikirkan anak itu.
"Ayo tidur. Koq malah melek terus?" Kartika
"Aku ga bisa tidul, Bund. Aku pengen pulang."
"Sabar ya. Kita akan ke rumah Mama besok."
"Aku maunya sekarang."
"Angga!! ayo tidur. Ga usah inget Mama lagi. Kamu ga boleh ketemu Mamamu!!" bentak Galang yang tiba-tiba masuk ke kamar Angga setelah tak sengaja mendengar rengekan Angga.
"Mas, jangan bentak-bentak Angga. Kasihan Dia. Dia masih kecil." Kartika memeluk Angga yang langsung terisak setelah mendengar bentakan Galang.
"Ga usah janjiin apa-apa ke Angga, Kar. Dia tidak boleh ketemu Andini lagi. Ga boleh punya ibu yang kelakuannya seperti itu."
"Tapi Mbak Dini ibu kandungnya, Mas."
"Buat apa punya ibu seperti Dia? malah ngajarin yang ga bener sama Angga nantinya!" Galang terlihat murka. Dia langsung ke luar setelah bicara cukup keras di depan Angga. Sampai membuat Angga ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI YANG TAK DIINGINKAN
RomansaSeorang istri harusnya menjadi ratu dalam rumah tangga. Namun jika sang suami yang menjadi raja ini ingin memiliki selir karena menganggap sang ratu kurang sholehah bagaimana? Kisah Andini wanita yang nyaris sempurna. Cantik, mandiri tapi satu hal...