Kalimat yang Beracun!

4.7K 58 0
                                    

Biasakan diri dengan menekan bintang terlebih dahulu sebelum membaca!

Terimakasih telah menekan bintang.

Dan selamat membaca🤗

Let's play, Daddy!

Perlahan semilir angin malam menyapa wajahnya. Wajah yang tampak menatap jauh ke depan. Sedangkan kakinya tengah berayun dari depan ke belakang, dari belakang ke depan secara bergantian.

Di bawahnya, tampak orang-orang kecil. Di depannya, gedung-gedung pencakar langit seolah berlomba-lomba dengannya. Sedangkan di atasnya, gumpalan awan seolah bisa ia gapai.

Gadis itu, kini bukan tengah bermimpi. Bukan pula menghayal. Adalah kenyataan, bahwa dirinya sedang duduk di pembatas balkon, yang berada di lantai teratas Mansion tertinggi di sana.

Semilir angin malam kini kembali menyapanya. Namun kali ini lebih dingin. Ahh, mungkin akan hujan, batinnya.

Tak lama kemudian, rintik hujan mulai turun. Membawahi kedua kakinya yang masih asik berayun. Membasahi gaun putihnya yang berkibar tertiup angin.

Walau begitu, gadis itu tak beranjak. Pikirannya terus tertuju dengan kehidupannya. Kehidupan yang begitu didambakan oleh orang lain. Mempunyai banyak harta, disayang, dimanjakan.

Namun tak ada yang tahu bahwa semua itu ia dapat karena telah menjadi Budak Nafsu seorang pria bejat.

Bukan ia sengaja ia berada di sini. Bukan maunya ia berada di sini. Bukan pula maunya untuk tidak pergi dari sini. Hanya saja, nyawa keluarganya terancam jika ia pergi dari sana.

Cklek!

Kamar yang awalnya gelap, lalu terang benderang setelah sakelar ditekan. Tubuh gadis itu lalu memutar, melihat siapa yang datang. Walaupun ia tahu, bahwa hanya pria bejat itu yang akan datang ke kamarnya di saat tengah malam seperti ini.

"Selena, sudah selesai memandang malamnya. Hujan sudah turun. Aku tak ingin kamu sakit. Kemarilah, lalu ganti bajumu."

Bulshit!

Selena tahu, ucapan pria bejat itu adalah omong kosong. Ia juga tahu, bahwa di balik kalimat manis itu, terdapat racun mematikan. Tapi kembali lagi ke awal. Nyawa keluarganya dipertaruhkan. Ia harus bersikap manis, agar keluarganya selamat.

"Baik, Daddy."

Selena lalu turun dari pembatas balkon tersebut. Menapakkan kakinya di lantai yang dingin. Dengan gerakan perlahan ia mulai mengganti gaunnya yang basah karena terkena air hujan.

Tubuh Selena mulai gemetar. Bukan! Bukan karena dinginnya air hujan. Ia sudah terbiasa dengan berbagai jenis kata dingin. Tubuhnya seakan kebal akan hal-hal dingin.

Ia hanya takut. Selena tahu, dikala ia melepas gaunnya, pria bejat yang harus ia panggil Daddy itu kini tengah menatapnya lapar. Selena selalu takut akan tatapan itu. Seolah, nyawanya bisa hancur hanya dengan tatapan itu.

Selena lalu mendekati katil setelah selesai mengganti gaunnya. Dimana kini, di atas katilnya sudah ada Daddy yang berbaring terus menatapnya dengan senyuman yang tak pernah bisa Selena artikan.

"Kemarilah, Selena!" panggilnya. Selena lalu merangkak mendekati Daddy.

"Ceritakan, apa yang kamu lakukan hari ini!" perintahnya sambil mulai memeluk tubuh kecil Selena. Selena mulai gemetar lagi.

"Tak banyak. Hanya bermain dengan Dolby (anjing mereka)."

"Apa kamu tidak bermain di taman?"

"Tidak. Di sana begitu ramai dengan para pelayan. Mereka menatapku, seolah aku menjijikkan. Aku tak menyukainya. Jadi aku hanya main di kamarku bersama Dolby."

"Apakah itu pelayan yang baru saja datang Minggu lalu?"

Selena mengangguk.

"Baiklah, besok mereka akan tiada. Kamu bisa bermain di taman lagi. Nanti aku belikan hewan peliharaan lain. Kamu ingin apa kali ini?"

"Kelinci."

"Baiklah. Besok pagi, ia sudah ada di taman milikmu."

Selena hanya mengangguk. Lalu keduanya kemudian hening. Namun tubuhnya kembali gemetar, di saat ia merasa Daddy tengah menghirup baunya di lehernya. Sesekali meniupnya pelan. Lalu berakhir dengan gigitan lembut di daun telinganya.

"Let's play, Selena."





To Be Continued

Let's play, Daddy! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang