Tamu Dan Suara Suatu Tetesan

455 16 0
                                    

Biasakan diri dengan menekan bintang terlebih dahulu sebelum membaca.

Terima kasih telah menekan bintang.

Dan selamat membaca🤗

Let's play, Daddy!

#Catatan!
Untuk dari chapter ini dan seterusnya, tokoh 'Daddy' kita pake nama asli. Jadi nanti nggak pake kata Daddy lagi, oke?

Tiga hari telah berlalu setelah kedatangan Selena malam itu. Alvaro mulai mengsugesti dirinya sendiri. Selena sudah tidak ada. Dia sudah meninggal. Bahkan Ia sendiri melihat bagaimana Selena terjun bebas di depan matanya.

Walaupun begitu, Alvaro terus di ganggu dengan arwah selama tiga hari setelah Selena meninggal. Dan itu sungguh membuat kejiwaannya hampir terguncang.

Dan Alvaro cukup bersyukur karena semalam, ia bisa tidur dengan nyenyak. Tak ada angin dingin, atau suara-suara yang biasakan terdengar di kala Selena akan datang.

Hal tersebut langsung Alvaro gunakan untuk bekerja. Yah, tentu saja bekerja. Memangnya apa lagi?

Ia mencoba menyelesaikan tumpukan berkas yang menggunung di atas mejanya, hanya karena beberapa hari yang lalu ia tak masuk bekerja.

Karena terlalu asik bekerja, ia tak sadar bahwa hari mulai malam. Dan jarum jam hampir mendekati angka 12.

Tiba-tiba angin berhembus kencang. Mendobrak jendela dengan kasar. Bahkan beberapa berkas berhamburan dibuatnya.

Keheningan kembali merajai. Walaupun sedari awal Alvaro memang sendiri, tapi keadaan kini sungguh berbeda.

Suhu ruangan mulai dingin. Bukan! Ini bukan dingin dari AC. Dingin ini berbeda, tapi juga familiar.

Dingin ini menandakan ia akan datang.

Alvaro berusaha mengabaikan keadaan. Ia mencoba dirinya untuk tetap fokus pada kerjaannya. Ia sempat menyesal bekerja tak ingat waktu.

Tok tok tok!

Siapa, batin Alvaro. Seingatnya, semua karyawan sudah pulang. Hanya tinggal dirinya sendiri. Bahkan Jefri (nama asistennya) juga sudah ia suruh pulang terlebih dahulu.

Ah, mungkin satpam yang lagi jaga, batinnya.

"Masuk," ujar Alvaro. Namun pandangannya tetap tertuju pada pintu di ruangan tersebut.

Kriekkkk!

Suara pintu terdengar terbuka. Alvaro tetap memfokuskan dirinya pada berkas-berkas di tangannya.

Tap!

Tes!

Tap!

Tes!

Tap!

Tes!

Dahi Alvaro mengernyit tanda heran. Langkah itu mendekat. Tapi setiap langkah yang mendekat, terdengar pula seperti tetesan air yang jatuh.

"Duduklah. Dan katakan ada apa?" ujar Alvaro.

Sretttt!

Tes!

Tes!

Tes!

Tes!

"Ck! Bisakah singkirkan bunyi tetesan air itu!" ujar Alvaro geram. Bahkan tangannya ikut membantuk berkas yang digenggamnya.

Daddy!

"Oh! Shit!"

Sontak Alvaro membalikkan tubuhnya. Tampa sengaja ia mendongakkan kepalanya lalu melihat Selena yang tengah duduk di depannya dengan bersimbah darah.





To Be Continued

Let's play, Daddy! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang