Pukul 00.00 Dini Hari

882 20 0
                                    

Biasakan diri dengan menekan bintang terlebih dahulu sebelum membaca.

Terima kasih telah menekan bintang.

Dan selamat membaca🤗

Let's play, Daddy!

Angin malam mulai berhembus kembali. Berhembus pelan, menggoyangkan tirai jendela yang tergantung panjang. Hawa dingin mulai menyerbu. Menusuk sampai ke sudut terdalamnya tulang.

Walau begitu, Selena masih terdiam duduk di atas pembatas balkon kamarnya.

Pandangannya kembali memandang jauh ke depan. Melihat kelap-kelip bintang di langit. Lampu-lampu yang bersinaran di seluruh penjuru kota. Ia merasa diterangi.

Walaupun kini, keadaan kamarnya tengah gelap gulita.

Dolby, walaupun ia hanya seekor hewan. Yang tidak mempunyai akal sedikitpun. Tapi perasaannya seolah terikat dengan Selena.

Ia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Selena. Oleh sebab itu, ia tetap menemani Selena di balkon tersebut. Walaupun ia mulai kedinginan.

Selena merasa di khianati. Kepercayaannya dikhianati. Selena merasa dikecewakan. Harapannya kembali dikecewakan. Ia lelah juga sakit. Bahkan ia merasa tak tahu harus ia apakan rasa sakit ini.

Angin malam kembali berhembus menerpa tubuh kecil Selena. Membuat tubuh kecilnya mulai menggigil pelan.

Bibir yang biasanya merah meranum, kini mulai membiru. Kulitnya juga mulai memucat karena terlalu lama berada diluar.

Cklekk!

Tak!

Terang. Kamar itu kembali terang setelah bunyi pintu terbuka. Tanpa Selena menoleh pun, ia tahu siapa yang datang. Tapi kali ini ia tak ingin menemuinya.

Sungguh.

"Selena, kemarilah. Hari mulai semakin malam. Dan itu tidak baik untukmu. Kemarilah Selena, kamu akan sakit jika terlalu lama terkena angin malam."

Hening selama beberapa menit, sebelum akhirnya Daddy kembali mendengar suara Selena.

"Daddy, kenapa aku tak pernah bisa pulang?" tanya Selena tetap dengan posisinya.

"Daddy masih sibuk sayang. Lagipula orangtuamu sedang keluar negeri liburan." ujar Daddy berusaha tenang.

"Lalu Daddy akan mengatakan mereka mengalami kecelakaan pesawat? Daddy, aku tidak sebodoh itu."

"Itu ...."

"Aku tahu bagaimana keadaan keluargaku. Dan aku tahu, Daddy tidak mungkin memberikan keluargaku banyak uang lalu menyuruh mereka berlibur. Sekalipun seandainya itu benar adanya, mereka lebih memilih untuk tidak menerimanya dan meminta aku untuk dikembalikan atau setidaknya meminta Daddy memperlakukanku dengan baik."

"Selena, aku ...."

"Daddy, selama ini aku berusaha untuk tetap bertahan. Menerima sikap Daddy yang begitu ringan tangan juga sangat kasar saat bermain. Aku berusaha memahami semua itu."

"..."

"Setiap pagi aku terbangun. Menatap tubuhku yang begitu menjijikkan. Tak heran banyak pelayan yang memandangku seperti itu. Bahkan diriku merasa diri ini begitu menjijikkan."

"Aku menahan semua rasa terhina. Aku menerima rasa sakit yang Daddy berikan. Dengan berharap, Daddy tidak mengganggu keluargaku lagi."

"..."

"Daddy. Kini alasan aku untuk terus bertahan telah tiada. Alasan untuk terus menahan semua rasa sakit juga terhina ini sudah ditiadakan. Jadi Daddy, sudah tidak ada alasan lagi untuk aku bertahan."

"Selena, aku mohon kemarilah. Diluar terlalu dingin. Ucapanmu juga mulai sembarangan."

"Daddy, maaf aku pernah membunuh salah satu pelayanmu. Itu aku lakukan karena aku sudah berada diambang batas kendaliku. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, lalu diambil alih oleh dendam juga kebencian."

"Daddy, walaupun sikapmu jarang memperlakukanku sebagai manusia, tapi aku tak bisa membohongi perasaanku. Daddy, aku mulai mencintaimu. Aku menyayangimu. Sosok yang selalu kejam padaku. Sosok yang nyatanya, malah membunuh keluarga ku. Sosok yang telah merenggut kebahagiaan ku."

"Selena, aku ...."

"Daddy, I love you. And Let's play, Daddy."

"Selena!"

Guk!

Brukkk!

Daddy tak mau, juga tak ingin mempercayai pengelihatannya. Tapi fakta terus berkata sesuai dengan kenyataannya.

Selena bunuh diri, tepat di depan matanya. Terjun bebas dari lantai empat dengan kepala yang menjadi pendaratan lebih dulu.

Teriakan puluhan pelayan mulai menggema. Tapi yang Daddy dengar hanyalah kalimat Selena yang mengucapkan kata cinta padanya. Bahkan suara gonggongan Dolby tak ia dengar.

Sedangkan di bawah, darah terus keluar dari tubuh Selena. Kepala nya pecah. Bahkan isinya juga terkeluar setelah menghantam bata yang begitu keras.
Tak ada yang bisa terselamatkan.

Walaupun ambulance datang lebih cepat dari yang diduga, tapi nyawa Selena tidak terselamatkan. Mayat Selena dibawa pergi oleh ambulance dan diiringi gonggongan milik Dolby.

Malam itu, tepat pukul 00.00 dini hari. Selena, Gadis manis yang telah lama bertahan di rumah monster itu memilih menyerah. Pergi dari kehidupan yang penuh kesakitan, dan kembali lagi menuntut dendam.





To Be Continued

Let's play, Daddy! [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang