Lavender Blush
Selasa
Benar saja memang terjadi sesuatu antara Sienna dan teman-temannya.
“Dia nyuri cologne Debora.”
“Katanya Siena itu Kleptomania.”
“Jadi dia sering nyuri dong.”
“Percuma muka cantik tapi pencuri.”
“Karena tampangnya cantik makanya gak ada yang sadar dia pencuri.”
“Jangan-jangan uangku yang hilang juga dia yang ngambil.”
Sejak aku datang pagi hari ke sekolah. Anak-anak di koridor, kantin, kelas, perpus, semuanya menceritakan Sienna. Jadi itulah alasan ia menamparku semalam. Kenyataan bahwa Sienna Kleptomania hanya aku (katanya) yang tahu. Aku pun tahu hal ini tanpa sengaja saat kami duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Aku yang sedang piket tanpa sengaja melihat Sienna diam-diam mengambil pulpen di atas meja salah satu teman sekelas kami, lalu ia masukkan ke dalam saku.
“Itu bukannya pulpen Sarah?” tanyaku. Dia langsung kaget. Melihatku dengan sorot horor lalu membantah kalau ia mencuri pulpen tersebut.
“Itu punyaku tau.” Dengan wajah gelisah dia pergi begitu saja.
Dan itu bukan satu-satunya aku memergoki Sienna mengambil barang orang lain. Hanya saja aku heran sebab ia kadang mengambil barang yang tidak wajar. Kalau dia mencuri uang atau perhiasaan teman sekelas kami, mungkin aku akan melapor. Tapi yang gadis itu ambil malah mainan tas yang sudah usang, pita dari jepitan rambut yang sudah tanggal, penghapus Mickey Mouse yang sudah terbelah dua. Maksudku, tak ada orang yang peduli dengan benda-benda itu. Aku pun sadar Sienna tak mengambil penghapus atau pulpen itu karena dia tak memilikinya. Atau pun mengambil mainan tas usang dan pita dari jepit rambut karena iri tak bisa membelinya. Sienna memiliki pulpen dan penghapus yang lebih bagus. Juga bisa membeli jepitan dan mainan tas yang lebih baik.
Karena berulang kali tertangkap basah, Sienna mulai mendekatiku. Dia terus mengikutiku ke mana pun dan bersikap sok baik agar aku tak membocorkan semua kelakuannya. Aku yang tak punya niat menceritakan hal tersebut membiarkan saja tingkah Sienna. Sampai ketika duduk di bangku SMP aku sadar Sienna pengidap Kleptomania.
“Lo kan bukan sengaja nyuri, ini karena kelainan lo. Jadi lo gak perlu malu,” ucapku saat itu. Namun Sienna tampak tidak senang.
“Terus kalau gitu memangnya kenapa? Apa yang bakal berubah? Mereka gak akan peduli. Kalaupun peduli bukannya lebih memalukan. Cewek yang punya kelainan mencuri. Tetap aja aku cuma pencuri di mata meeka.”
“Tapi lo kan gak---“
Sienna membentakku kala itu. Dia marah besar. Sejak itu aku tak berusaha membahas tentang kelainannya lagi. Dia tidak suka. Dan aku pun tak mau peduli. Itu kan masalahnya. Buat apa aku yang repot.
Aku berjalan melewati lapangan dalam saat kulihat Sienna datang dari arah berlawanan. Dia menunduk sambil berjalan cepat. Ketika kepalanya mendongak, matanya yang merah dan basah menatapku nyalang.
Aku kasihan melihatnya. Tapi dari tatapannya aku tahu si bodoh ini menyalahkanku.
Disenggolnya bahuku saat ia melewatiku. Saat hendak protes, dari arah lapangan aku melihat kerumunan yang familier. Beberapa laki-laki dan perempuan yang sedang tertawa sambil sesekali memandang kemari. Kak Jade, Cika, dan teman-temannya baru saja merundung Sienna.Bukankah ini tidak adil. Kalau aku marah-marah pada Sienna sekarang aku pasti jadi orang jahat.
Aku meneruskan langkahku. Tanpa menoleh ke belakang pada Sienna yang pasti sedang sangat hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEMBARAN KEMATIAN
Mystery / ThrillerLingkungan tempat tinggalku penuh dengan kertas-kertas fotokopi berisi kisah pembunuhan. Di minggu pertama tak satu pun orang yang peduli. Ketika minggu kedua tiba, semua orang mulai khawatir. Kertas-kertas itu memenuhi setiap sudut kembali. A dikhi...