You're Out of My League

1.5K 92 5
                                    

Yess, cerita ini aku republish karena setelah setahun vakum, akhirnya ketemu ide buat lanjutin hehehe. Ayokk ramaikan lagi. Ini versi lebih rapi dan lebih enak dibaca. Akan sering update kokk hihi. Lumayanlah ada dua cerita on going. Ramaikan keduanya ya! 😉😉

Ini rate mature ya karena banyak explicit content. Yang belum cukup umur, please bijak-bijaklah memilih bacaan.

"Nad, kamu tau kalau aku serius kan?"

Nadine mendengus mendengar pertanyaan Axel dan memilih mengabaikannya. Nadine terus menyibukkan dirinya membersihkan peralatan membuat kue yang berserakan di meja dapur. Sebenarnya, ini bukan tanggung jawab Nadine lagi untuk membersihkan dapur karena ada yang membantunya di toko. Tetapi, apapun akan dilakukannya demi menghindari tatapan mata Axel yang tidak berpaling sejak tadi. Nadine tidak yakin bisa mempertahankan prinsipnya jika langsung menatap laki-laki itu.
"Nad..."

"NADINE!!!"

"WHAT?"

"JUST GIVE YOUR DAMN ANSWER!"

"Oh, jadi sekarang kita mau adu teriak-teriakan di sini? Kamu mau buat customer aku kabur?" balas Nadine dengan lantang.

Axel menghela napasnya. "Aku cuma pengen kamu kasih kesempatan, Nad!"

"Kesempatan apa? Kesempatan apa yang bisa aku kasih sama kamu? Kamu sadar kan kamu lagi ngomong sama siapa sekarang? AKU, XEL! Perempuan yang pernah hampir menghancurkan pertunangan orang lain. Perempuan yang dijadiin budak seks sama mantannya sendiri. Anak tukang selingkuh. Dan sekarang aku udah sebatang kara, Xel." Suara Nadine melemah, menandakan kekuatannya untuk bertahan semakin menipis. "Bahkan kalau aku ketemu laki-laki yang posisinya persis kayak aku, aku bakalan lari menjauh sejak awal. Percaya sama aku, waktu kamu hanya akan sia-sia sama perempuan problematik kayak aku," lanjutnya pelan.

"I don't care, Nad. Aku mau kamu. Dari dulu sampai sekarang."

"Dan gak ada yang menjamin di masa depan kamu masih tetap mau sama aku," jawab Nadine pelan dan tanpa bisa menahan nada pesimis di suaranya.

"Jadi, ini jawaban final kamu? After all this time? Semua yang aku lakukan gak bakalan pernah ada artinya di mata kamu kan?"

Salah, semua yang dilakukan Axel benar-benar berarti untuk Nadine. Axel itu ibaratnya a candle in the dark. Di saat Nadine benar-benar terpuruk, Axel datang menyodorkan tangannya agar Nadine bisa berpegangan dan tidak tersungkur begitu saja.

"Xel...aku berhutang segalanya ke kamu. You're my best friend. Aku gak jamin bisa bertahan setelah semua kejadian di masa lalu kalau gak gara-gara kamu. Hidup aku gak akan ada di posisi stabil begini kalau bukan gara-gara kamu juga."

"Tapi aku gak mau jadi sahabat kamu lagi!" tegas Axel dan ini membuat Nadine diam seribu bahasa."Kalau kamu memang benar-benar menolak aku, Nad, setidaknya kasih satu alasan masuk akal yang bikin aku tahu kalau memang hati kamu gak akan pernah bisa aku masukin!"

Dari sekian banyak yang ingin Nadine ucapkan, tetapi entah kenapa dari mulutnya hanya keluar satu kalimat bodoh. Nadine yakin setelah ini Axel akan membencinya setengah mati.

"Kamu bukan Gio," kata Nadine sangat pelan tapi cukup membuat Axel melemparkan gelas berisi kopi yang tadi aku suguhkan kepadanya ke lantai. Gelas itu pecah dan hancur berantakan. Sama seperti hati  Nadine.

"I hate you," desis Axel dan dia pergi begitu saja meninggalkan Nadine.

Air mata Nadine menetes dan dia terduduk di lantai dapur sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sakit. Nadine terisak pelan dan berusaha mengeraskan hatinya bahwa ini adalah yang terbaik untuknya dan Axel. Axel tidak perlu tahu bahwa alasannya menolaknya dengan keras karena Nadine merasa tidak pantas. Axel dan kehidupannya yang sempurna tidak seharusnya berdampingan dengannya dan segala masa lalunya yang buruk. Axel tidak bisa selamanya menghabiskan waktunya hanya untuk mengurus Nadine dan emosinya yang tidak stabil ini. Axel yang tampan, mapan, humoris, dan kehidupan keluarga yang sehat berhak untuk memilih perempuan-perempuan terbaik yang dengan susah payah dipilihkan oleh ibunya.  Dan jika diberi kesempatan untuk mengatakan kenapa Nadine tidak bisa menerima Axel, jawaban sebenarnya bukan karena Gio. Gio sudah jauh berada di masa lalu Nadine. Jawaban sebenarnya adalah sangat sederhana tapi sangat berpengaruh.

Axel....you're obviously out of Nadine's league.

You're Out of My LeagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang