Sudden Call

374 37 2
                                    

Axel lebih banyak diam dan Nadine menyadari itu. Bahkan, untuk pertama kalinya dia tidak mendebat Nadine yang menolak pergi ke Ubud dan memilih untuk menikmati sunset di Seminyak saja.

"Xel, lo marah karena gue nolak ke Ubud? Lo tau kan kalau kesana tuh jauh dan suka hujan kalau sore," ucap Nadine pada Axel yang baru saja mendudukkan diri di sebelahnya. Sejak tadi, Axel memilih untuk menyibukkan diri dengan berendam di laut dan tanpa mengajak Nadine sama sekali.

"Enggak, biasa aja," balas Axel tetapi matanya tidak sedikitpun berpaling menoleh kepada Nadine.

"Ya terus kenapa lo kayak ngambek gini?"

"Siapa yang ngambek? Perasaan lo aja kali," balas Axel kekanakan, membuat Nadine memutar bola matanya.

"Ya udah terserah lo deh. Lagian aneh banget pake diem-diem aja dari tadi" gerutu Nadine pelan dan akhirnya beranjak mendekati air laut dan memilih berendam. Memandang sunset di sini lebih baik dibandingkan di sebelah Axel yang sedang uring-uringan.

Lagipula Axel kenapa sih belakangan ini? Mood-nya sering sekali terjun bebas seperti ini dan bodohnya Nadine malah tidak bisa kesal. Nadine seperti ini sejak hubungan aneh yang mereka sepakati itu dimulai.

Dulu, Nadine pernah bisa marah sekali kepada Axel. Saat itu, hubungannya dan Gio baru mulai membaik dan Nadine baru bisa lepas dari Arvin. Nadine tidak akan pernah memungkiri bahwa semua keadaan itu membaik karena Axel dan dia nyaman dengan keberadaan Axel. Tetapi, entah kenapa Nadine kesal sekali ketika saat itu Axel tiba-tiba mengatakan bahwa dia pernah tertarik kepadanya lebih dari teman. Meskipun setelah itu Axel meralatnya dan berusaha meyakinkan Nadine bahwa dia hanya bercanda, tetapi Nadine tetap menghindari Axel selama beberapa hari. Nadine tahu bahwa Axel seringkali bercanda tanpa tahu kondisi, tetapi Nadine merasa itu benar-benar sudah keterlaluan. Axel kurang paham apa lagi bahwa saat itu Nadine benar-benar sedang trauma dengan suatu hubungan. Dia baru saja menjadi perusak hubungan sahabatnya dan dia sendiri baru lepas dari hubungan toksiknya.

Tetapi, setelah itu keadaan berangsur membaik ketika Axel yang baik hati itu mendadak muncul di bandara ketika Nadine ingin menemui ayahnya di Malang dan menemani Nadine selama di sana.

"Sorry!"

Nadine tersentak dari lamunannya dan melihat Axel yang tersenyum lebar berada di sebelahnya.Nadine menggangguk malas.

"Lo kayak cewek lagi PMS, tau gak? Kenapa, sih?"

Axel menggeleng menolak menjawab. "David itu tiap hari ke toko ya?"

"Iya. Soalnya anaknya jadi males dititip ke daycare, lebih seneng bareng gue dan Ayu. Jadi yaudah, gue juga gak keberatan sih dititipin tiap hari gitu."

"Gak keberatan ketemu anaknya atau gak keberatan ketemu bapaknya?"

Nadine tertawa kecil dan menyiram air dengan telapak tangannya ke wajah Axel.

"Dua-duanya. Lumayan, tiap hari ada bahan buat cuci mata."

"Perasaan dia gak secakep itu deh," cibir Axel melihat Nadine yang benar-benar bertingkah seperti anak remaja kasmaran. Axel tidak suka.

"Yang pasti dia lebih cakep dari lo sih," balas Nadine dan raut wajah Axel seketika semakin menggelap.

Menahan cemburu yang mendadak menggelegak di hatinya, Axel memilih untuk melampiaskannya dengan melabuhkan ciuman penuh hasrat di bibir Nadine. Nadine tentu tidak siap dengan ciuman menggebu mendadak seperti itu. Dia sempat terhuyung uang untungnya badannya tertahan oleh dekapan erat Axel di tubuhnya. Dan bukan Nadine namanya jika tidak segera bisa mengimbangi Axel. Ciuman itu baru berhenti ketika Nadine akhirnya menyerah. Dia membutuhkan udara.

You're Out of My LeagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang