Panic

423 45 8
                                    

Nadine mendudukkan tubuhnya di salah satu restoran bebek di lantai teratas Beachwalk. Dia meluruskan kakinya yang baru terasa pegal sekarang karena tanpa sadar Nadine sudah mengitari tempat ini lebih dari satu jam. Awalnya, Nadine hanya ingin mengunjungi salah satu bakeshop yang cukup terkenal di Bali. Tetapi, matanya malah lebih fokus memandangi koleksi terbaru Zara dan juga fashion store lainnya.

Hitung-hitung untuk apresiasi diri, setidaknya begitu isi pikiran Nadine ketika akhirnya dia belanja dengan kalap. Saking kalapnya Nadine, bisa-bisanya dia juga membeli sepasang lingerie baru hanya karena mengingat Axel akan datang kembali besok lusa. Untuk yang satu itu, Nadine tentu tidak akan membiarkan Axel mengetahuinya. Bisa-bisa manusia super kepedean yang satu itu semakin besar kepala.

Sembari menunggu pesanannya tiba, Nadine mengarahkan pandangannnya ke sekeliling dan kemudian dia melihat anak perempuan kecil yang sedang melambai-lambai riang ke arahnya. Di belakang anak kecil itu ada ayahnya yang tersenyum sopan kepada Nadine.

Nadine membalas melambai kepada mereka dan belum sempat Nadine beranjak menemui mereka, ayah dan anak itu sudah tiba lebih dulu di meja Nadine.

"Hai, Cecile," sapa Nadine sambil mengusap rambut Cecile yang hari ini terkepang dua dengan rapi.

"Tante, aku baru beli boneka loh. Lihat!" seru Cecile sambil menujukkan boneka Barbie seri terbaru yang masih di dalam kotak.

"Wow, cantik banget bonekanya. Kayak Cecile, rambutnya juga sama dikepang cantik," puji Nadine dan Cecile langsung melebarkan senyumnya.

"Iya dong, ini Papa yang kepangin, Tante," jawab Cecil yang sontak membuat Nadine menoleh kepada David.

"Setelah gagal berkali-kali," jawab David salah tingkah.

"Sepertinya kamu memang punya bakat alami," kata Nadine usil.

"Tunggu sampai kamu punya anak perempuan yang centilnya gak ketulungan. Kamu mendadak jadi serba bisa," ucap David. "Cecile, ayo pulang, tante Nadine mau makan. Nanti tantenya terganggu, loh," tambahnya lagi karena bertepatan dengan pesananan Nadine yang diantarkan oleh pramusaji.

Nadine buru-buru menggelengkan kepalanya. "No, it's okay. Aku malah seneng kalau ditemenin. Kamu dan Cecile udah makan emang?"

"Cecile udah."

"Dan kamu?"

David menggelengkan kepalanya.

"Jangan hanya Cecile dong yang dipaksa makan terpat waktu," kata Nadine sambil menyunggingkan senyumnya.

"Aku minta menunya lagi, ya." Dengan sigap Nadine melangkah ke meja kasir untuk meminta menu agar David bisa memesan.

Setelah pesanan mereka berdua datang ditambah dengan es buah untuk Cecile, mereka menikmati makanan itu dengan tenang dan dilengkapi dengan celetukan Cecile.

"Tante Nadine punya mama gak?"

Nadine hampir saja tersedak mendengar pertanyaan mendadak Cecile. Dia menatap gadis kecil itu yang malah dengan santai mengaduk es buahnya.

"Cecile, itu gak sopan!" tegur David namun Cecile malah menatap ayahnya dengan polos.

"Tante Nadine gak punya mama ya? Sama...Cecile juga. Kata Papa, Mama pergi jauh," kata Cecile lagi dengan nada dan wajah penuh kepolosan.

Nadine mengusap puncak kepala Cecile dan menatap David yang tampak pias. Nadine menganggukkan kepalanya hendak menyampaikan bahwa semuanya masih baik-baik saja.

"Sama kok, Cil. Mamanya tante Nadine juga udah pergi yang jauh tapi dulu tante punya papa yang baik dan bisa jadi mama juga buat tante."

"Oh yaa? Sama dong, Tante. Aku juga punya Papa yang baik. Tapi, Papa juga kadang-kadang cerewet dan suka pelit kalau aku minta coklat. Papa juga selalu maksa aku buat tidur cepet kalau malam. Padahal kan aku masih pengen main. Tante, bilangin papa dong biar aku bisa makan coklat yang banyak!"

You're Out of My LeagueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang