Setelah Aizal bertemu Dirga mereka memutuskan untuk pergi kerumah Harris. Hitung-hitung main karna mereka sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama selain disekolah.
Sesampainya dirumah Harris, Aizal dan Dirga tidak menemukan lelaki jangkung itu. Rumah Harris memang sering kosong, biasanya rumah itu hanya dihuni oleh Harris sendiri dan bu Kokom--asisten rumah tangga yang biasa membersihkan rumah dan memasak makanan untuk Harris.
Jika kalian bingung kemana perginya orang tua Harris, mama dan papa Harris memang sering keluar negeri untuk urusan bisnis. Mungkin pulang hanya sebulan tiga kali, paling banyak sebulan hanya lima kali dan rekor mereka pernah tidak pulang selama tiga bulan berturut-turut.
Sambil menunggu pemilik rumah, Aizal dan Dirga memilih untuk bermain game bersama alias mabar. Sampai satu jam kemudian pemilik rumah datang dengan keadaan babak belur. Tentu saja itu membuat Aizal dan Dirga terkejut. Ini pertama kali nya Aizal dan Dirga melihat keadaan Harris yang sangat kacau apalagi sampai babak belur seperti ini.
"itu muka lo kenapa anjir? " tanya Dirga sambil menghampiri Harris yang jalannya sedikit lambat karna kakinya yang pincang.
"bawain tas gua, Ga. " titah Harris.
Dirga mengambil tas Harris yang menggantung dibahunya. Lalu Aizal menuntun Harris untuk masuk kerumahnya.
"lo kenapa lagi sih Ris? "
"tadi sore lo masih oke-oke aja ya anjing. Tapi kenapa sekarang jadi gini. " ujar Aizal sambil mengambil kotak obat dilemari.
Harris menghela nafas lalu menutup wajahnya dengan lengannya. Dirga berada didapur ia sedang membuatkan teh hangat untuk Harris.
"tadi Eca lo anter sampe rumahnya kan? " tanya Harris.
"jawab dulu pertanyaan gua. "
Harris duduk dengan tegak lalu menatap Aizal. "menurut lo kalo muka gua bonyok, gua habis ngapain? Main odong-odong? "
Ingin rasanya Aizal memukul wajah Harris, tapi karna Harris sudah bonyok tanpa harus Aizal pukul maka ia hanya mendengus lalu membuka kotak obatnya. "lo obatin sendiri, males gua obatin orang kaya lo. "
Dirga datang dengan segelas teh hangat lalu menyimpan nya dimeja yang terletak didepan sofa yang mereka duduki. Sambil mengobati wajahnya Harris bercerita bahwa penyebab wajahnya babak belur karena ada sekolah sebelah yang salah sasaran. Mereka kira Harris salah satu anak buah Randi--kakak kelas disekolahnya yang terkenal badung.
"motor lo kemana si emang? " tanya Aizal sambil meminum teh hangat yang dibuat Dirga--padahal teh itu Dirga bikin untuk Harris, tapi dengan seenak jidat Aizal malah meminumnya.
"monyet, itu buat si Aris kenapa lo minum?"
"nyicipin doang, pelit amat orang yang punya aja kaga masalah. "
"motor gua ketinggalan disekolah. "
Dirga melongo. "kok bisa ketinggalan sih nyet? "
"namanya juga lupa, Ga. "
"lo berdua ngapain ada dirumah gua? " tanya Harris.
Aizal dan Dirga cengengesan. "kaga usah cengengesan kaya kuda lo pada."
"kita kesini mau maen ps. Udah lama juga kita kaga main ps bareng. " ucap Aizal sambil selonjoran dikarpet.
"gua abis kena musibah, lo pada masih mau ngajak gua main ps? "
Dirga dengan santai nya menjawab. "ya lo tidur aja gih, gua sama Ijal aja yang main."
Mereka bertiga akhirnya main ps dikamar Harris. Karna keasikan mereka sampai lupa waktu, sekarang sudah hampir pukul setengah sembilan malam. Tapi mereka masih asik bermain sampai satu notifikasi membuat mereka mengalihkan perhatiannya.