Wanita Hebat

443 81 11
                                    

Sudah masuk jam istirahat. Bu Rika baru saja selesai memeriksa dokumen-dokumen siswa di kantornya, kini saatnya Bu Rika ngemil besar (alias makan siang).

"Asik, makan!~"

Dibukanya bungkus nasi padang yang tadi beliau titip beli pada Asep. Lalu, di sampingnya terdapat semangkuk mie ayam buatan Mbak Kirana. Dan tak lupa sate madura yang Bu Rika beli sebelum datang ke sekolah.

Ya, kalian tidak salah. Tadi itu menu makan siang Bu Rika.

Di tengah acara makan yang khidmat itu, Bu Rika tiba-tiba merasa ada sesuatu yang menjanggal—tenggorokannya seret. Segeralah beliau mengambil gelas dan beranjak ke dispenser terdekat. Tetapi naas, isi galonnya habis.

"Cih, nandayo koitse, pakai habis segala!" gumam Bu Rika—entah sejak kapan cara bicara beliau jadi seperti wibu.

Bu Rika pun melepas galon kosong itu dari kepala dispenser. Pandangannya beralih pada galon lain yang isinya penuh. Bu Rika menghela napas terlebih dahulu, lalu mencoba mengangkat galon itu sekuat tenaga. Lima detik kemudian beliau langsung menyerah.

Bu Rika sadar beliau tidak bisa melakukannya sendirian, jadi beliau memutuskan untuk mencari seseorang yang mau diperbudak—maksudnya, disuruh untuk memasang galon.

Tok tok! Pintu ruang kepala sekolah diketuk seseorang. "Masuk!" Rupanya seorang pianis dari Austria yang mengetuk.

"Permisi Bu, saya mau bayar iuran bulan ini—" Belum selesai Roderich bicara, Bu Rika langsung memotongnya.

"Kebetulan sekali, Roderich! Bisa bantu saya masangin galon?" tanya Bu Rika sambil tersenyum ala pejabat.

Roderich agak bingung menjawabnya. "Tapi saya—"

"—nanti saya kasih sate, deh! Satu tusuk aja tapi."

Roderich akhirnya mengiyakan. Bukan karena dia ingin imbalan satenya (lagian cuma setusuk mana kenyang), tapi karena ia tahu Bu Rika akan tetap memaksanya bagaimanapun caranya. Yah, ini lebih baik daripada biaya iuran sekolah dinaikkin.

Roderich menghela napas, mengambil ancang-ancang, lalu mengangkat galon itu. Tapi bukannya terangkat, tangan Roderich malah keseleo. Ia pun beristirahat sebentar, lalu kembali mencoba mengangkat galon itu sekuat tenaga hingga mukanya membiru. Namun, hasilnya tetap nihil.

"Cih, mendokusai, masa ngangkat galon aja nggak bisa!" celetuk Bu Rika, membuat harga diri Roderich tertohok.

Tok tok! Pintu ruang kepala sekolah kembali diketuk, kali ini oleh seorang wanita dari Hungaria.

Ia menyembulkan kepalanya dari balik pintu, sambil memerhatikan Roderich yang terkulai lemas karena ucapan Bu Rika. "Permisi, kalian sedang apa?" tanyanya.

"Ini mau masang galon, tapi berat sekali! Roderich aja nggak sanggup," ujar Bu Rika sambil menaruh kedua tangan di pinggang.

"Oh! Saya bisa bantu!" Elizabeta melangkah masuk ke kantor Bu Rika. Tanpa banyak ba-bi-bu, ia mengangkat galon itu dalam sekali coba dan memasangkannya pada kepala dispenser. Semuanya dilakukan hanya dalam 10 detik.

Bu Rika menatap takjub Elizabeta dan memujinya, "Memang benar ya, wanita hebat itu yang bisa masang galon sendiri."

Elizabeta tertawa mendengar pujian itu. Lalu, Bu Rika menghadiahkan setusuk sate pada Elizabeta sebagai penghargaan atas jasanya. Sedangkan Roderich yang merasa kalah dari perempuan pundung di pojokan.

"Harga diriku sebagai seorang lelaki...."

Kelas Internasional HetaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang