Feliciano masuk ke ruang kelas sambil menenteng dua kantung plastik. Ia baru saja memborong gorengan dan hendak berbagi dengan teman-teman kesayangannya.
"Ve~ Aku bawa gorengan, ve~ Siapa yang mau?~"
Semuanya segera menyerbu meja Feliciano—kecuali Arthur, Roderich, dan Matthew yang tidak ternotis. Yao dan Yong Soo kembali berargumen tentang 'mana yang lebih enak antara bala-bala dan gehu', Kiku makan dengan tenang, Elizabeta dan Feliciano makan sambil mengobrol, dan Alfred, dengan mulutnya yang penuh, memegang lima gorengan di masing-masing tangan—dia memang penyuka junk food.
"Permisi. Boleh aku ikut gabung, da?" tanya seorang pria jangkung asal Rusia. Semua orang menoleh padanya dengan muka membiru. Feliciano menangguk dengan panik. "B-boleh, ve...."
Ivan mengambil sebuah cireng dan memakannya. Yang lain pun kembali memakan gorengan, tapi kali ini dengan senyap. Hanya terdengar suara kunyahan dan lagu dari game P*ano T*les yang dimainkan Roderich di kelas itu.
Lalu, di tengah kesunyian yang canggung itu terdengar sebuah suara yang mengerikan. Bukan, bukan suara Bu Rika yang lagi marah-marah. Tapi....
"*hik*"
'IVAN CEGUKAN?!?!' batin sekelas.
Yah, sebenarnya nggak seseram 'kolkolkol'. Tapi karena ini Ivan, tetap aja seram.
"Ah*hik*, aku sepertinya *hik* cegukan *hik*"
"A-ano.... Saya bawa minum, silahkan...." ucap Kiku menyodorkan botol air minum. Ivan meminumnya sampai habis, tapi cegukannya tak kunjung berhenti.
"Ivan, coba tahan napasmu," saran Elizabeta. Ivan pun menahan napasnya. 10 detik.... 20 detik.... 45 detik.... 72 detik.... Sampai wajahnya membiru.
"B-buang napasmu! Jangan menahannya terlalu lama!"
Ivan membuang napasnya. Wajahnya yang membiru perlahan kembali normal. "*hik*" Dan begitu pun dengan cegukannya.
"Hahaha! Don't worry! Hero akan menyelamatkanmu!!" Alfred membantu Ivan meredakan cegukannya dengan... memukul keras punggung Ivan berkali-kali. Semuanya memandang Alfred dengan syok.
"A-A-Alfred-san, s-sepertinya itu tidak akan berhasil...." ujar Kiku.
"Eh? Why–" Sebelum Alfred menyelesaikan kalimatnya, Ivan mencengkram lengan Alfred dengan keras, hampir mematahkannya. "Terima *hik* kasih, da. Tapi kamu *hik* tidak membantu *hik* sama sekali *hik*." Ivan tersenyum menyeramkan dengan aura ungu di sekitarnya. Alfred hampir pipis di celana.
"Opss, s-sorry dude!!" Alfred pun segera ngacir ke toilet sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
"Aiyaa! Tenang, aru! Aku punya obat tradisional untuk cegukan!" Yao mengeluarkan sesuatu dari tas h*llo k*tty yang berisi barang-barang (kw) dagangannya.
Ivan meminum obat mencurigakan itu. Setelah dicerna, ia malah mengeluarkan banyak darah dari hidungnya, sedangkan cegukannya masih belum juga berhenti.
"Aigoo! Sebenarnya itu obat apa, daze?!" tanya Im Yong Soo pada Yao.
"Itu obat cegukan tradisional, aru. Terbuat dari racun kalajengking, bisa ular, dan ekor tikus. Original from China, aru!" ucap Yao malah bangga.
"Kamu mau membunuhnya, daze?!" kata Yong Soo dengan keras.
"Enggaklah, aru! Aku mencoba membantu, aru!" balas Yao tak kalah keras. Ia kemudian beralih ke Ivan. "Omong-omong, harganya 100 ribu–"
Ivan kembali mengeluarkan aura gelap. Kali ini ia tidak tersenyum, tapi ia mengucapkan kata 'kol' di antara cegukannya.
"–t-tapi aku berikan gratis untukmu, aru! Hanya hari ini!" Yao segera lari ke toilet karena ia juga hampir pipis di celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Internasional Hetalia
Fanfiction"Pak Budi yakin mau mengajar di sini?" "Saya yakin, Bu! Saya akan mengajar dengan sepenuh hati!" "Dari ketiga guru yang pernah mengajar di sini, tidak ada satupun yang bertahan lebih dari satu bulan, lho. Dua diantaranya terkena depresi, dan satu la...