Hero Ngenes

765 112 28
                                    

Setelah selesai makan besar di Kantin, Alfred berjalan menuju kelasnya. Ketika ia sampai di depan kelas, ia melihat gadis yang ia temui sebelumnya sedang mengobrol dengan seorang pria Rusia.

"Natalya dan Ivan? Apa yang mereka bicarakan?"

Alfred bersembunyi di balik dinding dan diam-diam menguping pembicaraan mereka. Syukurlah mereka tidak memakai bahasa Rusia sehingga Alfred bisa mengerti—walaupun dia tetap harus membuka Google Translate.

"N-Natalya, k-kenapa kamu di sini ...?" tanya Ivan dengan suara gemetar. Wajahnya berubah biru.

"Tentu saja untuk menikah dengan Kakak." Natalya menggenggam kedua tangan Ivan. Tatapan matanya tajam dan penuh keyakinan. "Kakak tidak punya pilihan lain selain menikah denganku!"

Ivan bergidik ngeri, sedangkan Alfred melongo di tempat.

Sfx: GLEGAAAAAR /petir

"M-Menikah?!"

Ribuan anak panah terasa menghujam hati Alfred. Padahal baru setengah jam yang lalu ia bertemu dengan wanita itu. Baru setengah jam yang lalu ia menaruh suka padanya. Baru setengah jam yang lalu ia menjadi pacar (bohongan)nya. Sekarang Alfred merasa dikhianati.

Semakin lama, mereka terlihat semakin mesra mengenggam tangan satu sama lain. Melihatnya membuat dada Alfred semakin sesak. Ia segera berlari ke dalam kelas sambil berteriak dalam batin, 'Natalya jahat! Teganya kau selingkuh di belakangku!'

Andai Alfred bisa merasakan aura ketakutan Ivan saat berhadapan dengan Natalya, mungkin pemikirannya akan berubah.

–Time skip dibawakan oleh Tony si Alien–

Selama pelajaran Pak Budi berlangsung, Alfred terlihat murung. Jarang memang. Alfred yang biasanya paling berisik di kelas kini hanya bungkam sepanjang jam pelajaran.

Diam-diam dia melirik pada Ivan yang duduk di bangku belakang sambil memberikan pandangan penuh benci. Ivan yang menyadarinya hanya tersenyum—bukan senyuman ramah tentunya. Sepanjang jam pelajaran atmosfer terasa berat. Nampaknya perang dingin sedang terjadi.

Kriiiiiing

"B-Baiklah! Mari istirahat dulu!" Budi mengembuskan napas lega lalu buru-buru keluar dari kelasnya yang kelam itu.

Beberapa murid mulai berhamburan menuju kantin. Biasanya Alfred pun begitu, tapi tidak kali ini. Ia masih merenung di bangkunya. Otaknya kembali memutar kejadian yang tadi dilihatnya di depan kelas. Dadanya terasa sesak kembali.

Arthur dan Yao yang sadar akan perubahan mood Alfred mendekati bangkunya.

"Akhirnya dia meninggalkanmu, ya? Oh, sepertinya wanita itu terlalu baik sampai-sampai tak berkeinginan untuk menamparmu. Bersyukurlah, Alfred," kata Arthur dengan nada mengejek.

"Wanita masih banyak, aru! Kalau mau akan kubantu carikan," tawar Yao. "Tentunya tidak gratis, aru."

Alfred masih terdiam. Pandangannya kosong. Dia terlihat seperti orang yang telah kehilangan separuh jiwanya.

Arthur dan Yao saling pandang. Apa candaan mereka itu keterlaluan?

"... she cheated on me," gumam Alfred.

"What the bloody hell! Seriously?!"

"Dengan siapa, aru?!"

Arthur dan Yao yang awalnya ingin mengusili Alfred jadi merasa prihatin. Alfred menghela napas dan mengalihkan pandangan ke arah belakang. Arthur dan Yao ikut melihat ke belakang. Di sana berdirilah seorang pria Rusia yang tersenyum sambil membawa sebuah pipa besi.

Kelas Internasional HetaliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang