[6/10]

5.4K 1K 124
                                    

"[Name], berhenti bekerja ya?" Ran berbicara hati-hati. Takut jika ucapannya membuat sang istri tersulut emosi. "Aku ingin kau berdiam di rumah, mengurus keluarga, dan juga ingin--"

"Tidak." Balasannya langsung dan jelas. Sejak dulu [Name] memang tidak ada niatan untuk berhenti bekerja. Dan sebelum menikah pun, [Name] sudah berbicara hal itu dengan Ran. "Padahal sebelum menikah kau mengizinkan ku untuk tetap bekerja, kenapa sekarang terus memintaku berhenti?"

Ran menghela nafas, sepertinya membujuk [Name] adalah hal tersulit dalam hidupnya. "Dulu dan sekarang itu berbeda."

"Sejak dulu cita-citaku menjadi wanita karier, dan sekarang saat sudah terwujud, kau memintaku berhenti bekerja? Aku tidak mau!!" [Name] menegaskan kalimatnya. Ia memilih pergi ke kamar, meninggalkan Ran yang masih duduk di sofa.

Sang pemuda beranjak dari duduknya. Sebelum [Name] berhasil pergi, Ran sudah terlebih dahulu menahan pergelangan tangannya. "Sekali-sekali turuti ucapan ku, [Name]!!"

"Jika aku menuruti ucapan mu, bukankah itu terlalu egois untukmu?" [Name] bertanya tanpa menatap lawan bicara.

"Jika kau tidak menuruti ucapan ku, bukankah kau justru yang egois?!!" Ran membalikkan ucapan [Name]. Timbul rasa kesal dalam hatinya sebab sang istri terus bersikeras tidak mau berhenti bekerja.

"Saking egoisnya, kau sampai memilih perempuan lain?" Lagi-lagi [Name] bertanya tanpa menatap Ran yang berdiri di belakangnya--masih terus menahan pergelangan tangannya.

Ran mengernyitkan dahi heran. Dalam hari bertanya-tanya apa maksud dari ucapan [Name] barusan. Memilih perempuan lain?

"Kau pikir aku tidak tahu?" [Name] membalikkan badan, memberi tatapan tak suka kepada Ran. Karena menyadari tingkah aneh Ran akhir-akhir ini, [Name] sempat diam-diam membuka ponsel Ran. Membaca pesan demi pesan Ran dengan rekan kantornya yang justru tidak membahas tentang urusan pekerjaan.

"Hanya sekedar makan bersama, memangnya tidak boleh?" Ran mulai terbawa suasana, ia tidak lagi menahan pergelangan tangan [Name]. "Bukannya kau juga seperti itu? Lebih mementingkan pekerjaan daripada suami. Kau juga dekat dengan bos mu 'kan?"

"Hah?!" [Name] tidak terima dengan ucapan Ran barusan. Semakin menatap tak suka pria di hadapannya. "Bos ku sudah mempunyai istri. Walaupun aku pernah di ajak makan bersama satu kali, aku menolaknya karena menjaga perasaanmu. Tapi kau justru--"

Plakk!!

Tak sempat menyelesaikan ucapannya, Ran lebih dulu menampar pipinya. Membuat [Name] terkejut sekaligus tidak menyangka dengan hal yang baru saja terjadi.

"Jangan sembarangan menuduh."

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, [Name] hanya mengulas senyum tipis sebelum akhirnya berjalan ke kamar--bukan kamar tidurnya dengan Ran, melainkan kamar tamu.

Mulai malam itu, [Name] tidak lagi tidur satu ranjang dengan Ran.

𝐖𝐈𝐅𝐄 » ranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang