15. Melukis

80 16 11
                                    

"Mau ngelukis bareng?" tanya Abian saat mereka sudah kembali ke halaman belakang dengan membawa Caramel Macchiato

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau ngelukis bareng?" tanya Abian saat mereka sudah kembali ke halaman belakang dengan membawa Caramel Macchiato.

"Tapi, gue gak bisa.."

"Gak ada yang bisa di dunia ini, Sha." Lentera menoleh kearah Abian dan menganggukkan kepalnya.

"Oke, gue coba." pungkas Lentera.

Abian menyiapkan segala keperluan melukis untuk mereka berdua yang dibantu sedikit-sedikit oleh Lentera, Abian menaruh canvas yang tidak terlalu besar beriringan dan memberi palet lukis yang tidak pula terlalu besar pada Lentera.

Semuanya sudah siap, Lentera menduduki satu bangku diikuti oleh Abian disebelahnya. Lentera sesekali tersenyum kaku melihat canvas dihadapannya, rasa gerogi mulai menyelimuti dirinya.

"Lagi gak lomba, jadi santai aja." kata Abian tiba-tiba.

"I know, but.."

"Keluarin semua yang ada dikepala dan isi pikiran lo dalam kuas itu, gue tau lo bisa." kata Abian.

"Gue coba."

Jarum jam terus berputar, mereka mereka menghabiskan waktu dengan melukis sambil menceritakan pengalaman memalukan mereka dimasa lalu, hingga bel rumah Abian terdengar dari depan sana. Abian beranjak dari duduknya untuk mengecek siapa yang datang.

"Bentar, ya." ucap Abian membuat Lentera mengangguk mengiyakan.

Lentera menatap punggung Abian yang hampir menghilang usai kelokan kanan, ia tersenyum manis kemudian melanjutkan lukisannya yang masih belum terlihat jelas.

Seorang wanita paruh baya dengan modelan rambut ikal yang di kuncir setengah, berlari kecil menghampiri Lentera yang masih duduk dengan damai di hadapan canvas.

"Ohh, jadi ini yang namanya Tera?" tebak Weny--mama Abian.

"Assalamualaikum, Tante." Lentera langsung bangkit dari duduknya dan menyalami punggung tangan Weny.

"Waalaikumsalam, udah maam belum?" tanya Weny penasaran.

Belum sempat Lentera menjawabnya Weny sudah memarahi Abian yang baru saja muncul dari depan sana.

"Biiii, kok Tera gak kamu ajak makan, sih? Anak orang kamu ajak main kerumah tapi gak kamu kasih makan, gimana coba?"

"Iya, tad-" Weny lebih dulu memotong ucapan Abian tiba-tiba.

"Alasan kamu Biiii, udah gak heran Mama sama kamu."

Abian menggigit bibir bawahnya, merasa pasrah dimarahi Weny.

Lentera tersenyum manis kearah Weny. "Gak apa-apa Tante, Tera juga belum lama kok disini."

"Masa, sih? Gak usah panggil Tante deh, panggil Mama aja."

"Ahh, emm, i-iya Ma." angguk kaku Lentera.

"Nah gitu, gimana kalau kita masak bareng aja, kamu bisa masak?" tanya Weny pada Lentera.

LENTERA [Completed]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang