Lentera menatap fokus ke layar pipih milik Icha, air mata yang sedari tadi menggenang dikelopaknya kini sudah membasahi pipi mulus Lentera.
Lentera mulai menggeser layar itu ke kanan, menyertakan video pernikahan Erlangga juga Kasih--ibu--Aluna. Lentera tersenyum getir melihat betapa bahagia nya pasangan itu, tanpa adanya rasa beban. Lentera mulai menekan tombol pause, dadanya mulai sesak, ia tak kuat melihat isi video itu sampai tuntas.
Entah apa yang ada dipikiran Lentera, ia hanya menangis dalam diam, membuat semua murid menatap tak bersuara. Berita mengejutkan membuat mereka semua tutup mulut, dan menggeleng tak percaya.
"Sampah." ucap Lentera pelan yang masih bisa didengar seluruh siswa dikelas.
Lentera memutar tubuhnya menghadap Aluna dengan mata memerah, tatapan benci dan membunuh.
PLAKKK
Tamparan keras mengenai pipi Aluna sebelah kiri, Lentera menggeleng."Bisa-bisanya lo tetep ngejalanin hari yang indah, disaat gue udah nyeritain semua tentang hidup gue yang kacau!"
"MAU LO APA, ANJING!" pekik Lentera membuat siswa kelas lain berdatangan melihat dari luar jendela.
"Kenapa lo bisa bahagia, Lun? Disaat gue mati-matian nguatin diri gue di masa keluarga gue hancur?"
"Perempuan palsu!"
"Nyokap gue yang nangis tiap malam sendirian di kamar, ternyata nangisin ini!? Nyokap lo kayak gak ada harga dirinya lagi, ya, Lun!"
"CUKUP TERA!" seru Aluna keras. "Jangan pernah lo sebut ibu gue, HINA GUE SEPUASNYA, TAPI JANGAN IBU GUE!"
"Kenapa? Bukannya konteks nya disini tentang orangtua kita?" ujar Lentera sambil tersenyum smirk.
"Tapi Ibu gue menikah sama Ayah lo setelah Nyokap lo cerai, Tera!"
"Pembelaan yang klise." sahut Lentera.
"Setelah hamil sama Raka, setelah IBU lo nikah sama Ayah gue, lalu mau apa lagi yang lo rebut dari gue?" tanya Lentera tenang sambil menekankan kata 'Ibu' pada kalimatnya.
"Gue gak bisa apa-apa, Ra, saat tau Ibu gue akan menikah sama Ayah lo, gue nentang pun gak akan bisa ngerubah apapun!" isak Aluna memegang kepalanya.
Napas Lentera memburu, tatapan kematian ia berikan pada Aluna. Ia mendekat dan memegang kedua bahu Aluna dengan tatapan tajam.
"Lo?" geram Lentera, "peduli setan sama semua omong kosong lo itu, enyah dari kehidupan gue, SIALAN!" Lentera menekan kedua bahu Aluna, ia mendorong tubuh Aluna kearah belakang membuat Aluna tak seimbang dan terjatuh di atas lantai.
"MUNAFIK! Gue benci sama lo Lun, i kill you!" tunjuk Lentera tepat di hadapan Aluna dengan tatapan yang berapi-api.
Lentera berlari ke luar kelas sambil menangis, tak peduli tatapan siswa/i SMA Global Surya padanya, tak peduli akan adanya bel sekolah yang berbunyi tanda masuk jam pelajaran, Lentera tetap berlari sekuat tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA [Completed]✅
Jugendliteratur[JUARA HARAPAN 5 dalam event Writora: bulan kelahiran 2021] Sejak malam itu, Lentera menghapus nama tengah dari kehidupannya. Gadis penyuka kopi espresso itu pun masih belum bisa berdamai dengan pemeran utama di keluarga nya. Terlalu sakit untuk di...