Sedan hitam itu berhenti di depan rumah ber--cat abu-abu elegan dengan pagar hitam yang di lengkapi beberapa tanaman bunga di halaman kecil sisi depan.
Lentera membuka pagar hitam yang tidak dikunci itu dan di ikuti oleh Abian di belakangnya. Abian mengangkat sebelah alis nya saat Lentera menoleh ke arahnya.
"Apa?" tanya Abian.
"Ian, kok rumah gue sepi banget?"
"Coba tanya tembok."
"Yang bener aja, lo." decak Lentera.
Abian memajukan wajahnya ke arah Lentera, hanya menyisahkan jarak satu jengkal saja antara mereka. Bola mata mereka bertemu membuat Lentera meneguk saliva nya susah payah.
"Lo nanya gue, gue nanya siapa?" Abian menyentil kening Lentera membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Aw, sakit woi!" dengan refleks, Lentera memukul pelan lengan Abian.
"Lagian lo aneh."
Lentera berdecak sebal, ia memilih untuk segera membuka kan pagar itu.
"Assalamualaikum, Bunda?" Lentera mengetuk pintu hitam itu, tak ada jawaban dari dalam sana.
Lentera mencoba membuka knop pintu itu, yang ternyata tak di kunci.
"Bang!" jerit Lentera ke seluruh isi ruangan rumah nya, tak ada tanda-tanda kehidupan di rumah ini.
Saat Lentera hendak melangkahkan kaki nya ke arah luar, tiba-tiba terdengar suara decit pintu kamar yang terbuka menampilkan sosok Liam dengan rambut acak-acakan seperti orang yang tengah bangun tidur.
"Bang Liam?"
Liam Anggara menguap di ujung sana, membuat Lentera sedikit geram.
"Lo tidur!? Gerbang gak di gembok, pintu depan gak di kunci, lo gila, hah!?" seru Lentera pada Liam.
"Sama siapa lo pulang? Cewe geh pulang malem. Gak bagus, tolol!" ucap Liam kesal dan mengalihkan pembicaraan.
"Gue lagi mgomongin per-kunci--an, bodoh! Bukan pulang malem atau pulang kapan."
"Bodo, lagian gak ada juga yang mau maling rumah kit-"
"Sama aja! Nitipin rumah sama lo tuh emang gak pernah bisa dipercaya." potong Lentera cepat.
Liam hanya mengangguk seperti tak berdosa sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah.
"Ngapain bodoh!? Temen lo tuh ada di luar." ucap Lentera jujur.
"Siapa?"
"Abian." jawab Lentera pelan.
"Hah!? Serius, jadi lo di anter balik ama dia?"
Lentera memutar bola mata nya malas sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Iya."
"Lo pulang subuh juga gue gak khawatir, sih, kalau lo di bawa Bian." tutur Liam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA [Completed]✅
Novela Juvenil[JUARA HARAPAN 5 dalam event Writora: bulan kelahiran 2021] Sejak malam itu, Lentera menghapus nama tengah dari kehidupannya. Gadis penyuka kopi espresso itu pun masih belum bisa berdamai dengan pemeran utama di keluarga nya. Terlalu sakit untuk di...