05 ; evening & night

439 59 2
                                    

Jaemin memberhentikan mobilnya tepat di dekat jalan sempit yang menuju kerumah Lia. Ia terdiam sejenak dengan tatapan melirik kearah Lia yang sedang membuka seatbelt,

Bagaimana pun Jaemin harus meminta maaf akan apa yang telah terjadi tadi, ia tidak ingin membuat Lia memikirkan hal yang tidak-tidak terlebih wanita itu adalah sahabat dari Haechan.

"Baiklah Jaemin, terima kasih." ucap Lia dengan sedikit terkejut saat menoleh kepada Jaemin yang ternyata sedang memiringkan kepalanya kearah dirinya.

"Berhati-hatilah." sambung Lia, dengan nada suara yang seharusnya terdengar biasa saja.

Jaemin menahan pergelangan tangan Lia saat wanita itu hendak membuka pintu mobil, "Maaf, akan apa yang terjadi di taman." ujarnya dengan melepas genggamannya. "Seharusnya aku menghiburmu, tapi......"

Lia menutup mulut pria itu dengan tangannya, "Jangan berbicara seperti kau telah melakukan kejahatan yang besar." ia menjauhkan tangannya kemudian memberanikan diri untuk menatap lekat Jaemin,

"Terima kasih, aku merasa terhibur malam ini karena kau membawaku untuk menghirup udara segar dan kau mau mendengar akan masalahku,"

"Sekarang biarku tanya, kau menganggapku ini apa?" tanya Jaemin membuat Lia sedikit terkejut.

"Ah? kenapa tiba-tiba bertanya akan hal itu?" tanyanya, "Aku harus segera pulang, Yuna menungguku dirumah sendirian."

"Tidak, kau harus menjawabnya." Jaemin lagi-lagi menahan tangan Lia, saat wanita itu hendak membuka pintu.

"Baiklah." Lia menghembuskan nafasnya, "Mungkin, seseorang yang dekat? Teman?" ucapnya dengan ragu.

Pertemuan mereka berdua adalah saat Lia diajak oleh Haechan mengunjungi studio pertama kalinya, Lia yang memang sudah mengenal semua sahabat Haechan, saat itu merasa asing saat bertemu dengan Jaemin. Dan kemudian Haechan memperkenalkan Jaemin padanya.

Mungkin terdengar konyol, tapi Lia merasakan cinta pandangan pertamanya kepada Jaemin saat bertemu distudio hari itu.

Waktu berlalu begitu cepat, Lia dan Jaemin menjadi cukup dekat satu sama lain. Walau pada dasarnya mereka dekat dalam artian biasa saja, tanpa mengetahui kehidupan pribadi masing-masing. Sebenarnya Lia pun merasa bingung dengan hubungannya dengan Jaemin. Ia takut hanya dirinya saja yang menganggap Jaemin seorang sahabat, jadi sampai saat ini Lia memilih tidak memikirkan hubungan apa yang dirinya dan pria itu jalani, lagipula tidak terlalu penting, 'bukan?

Sampai akhinya pada malam ini Jaemin menanyakan hal yang tidak terduga padanya dan itu membuat Lia merasa bingung untuk menjawabnya selain seorang teman.

Jaemin mengangguk. "Terima kasih sudah menjawabnya, aku jadi bisa menempatkan posisiku di dalam kehidupanmu." ujarnya, "Jadi kau tidak perlu sungkan padaku lagi."

"Kenapa?" tanya Lia.

"Aku merasa kau masih belum terlalu terbuka padaku, termasuk akan ucapan terima kasih tadi yang terdengar sangat asing seperti biasanya." ucapnya, "Sudahku ingatkan jika kita cukup sering bertemu 'bukan?"

Lia mengalihkan pandangannya lurus dengan membenarkan posisi duduknya. "Begitu juga denganmu, mungkin bisa dikatakan kau yang sangat tertutup padaku dan yang lain." Jaemin dibuat diam.

"Mungkin kita sering bertemu, dan kita hanya mengenal tanpa benar-benar mengenal satu sama lain." sambungnya, "Lalu, kenapa kau tidak menjadikanku sahabatmu? bukankah kita sering bertemu dan sudah saling mengenal?" tanya Lia dengan terkekeh dengan sedikit penekanan.

Jaemin terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Lia yang ini. Ia memiliki alasan tersendiri.

"Aku bercanda," Lia menepuk pundak Jaemin dengan sedikit tertawa lalu menjauhi tangannya. "Dan tidak perlu dipikirkan akan kejadian tadi, emm anggap saja itu ketidaksengajaan." ucap Lia dengan mempertahankan senyumnya.

Orenda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang