Laura dan Jessi sudah siap dengan seragam sekolah mereka. Semalam setelah mengantar Amanda, Jessi memilih menginap karna katanya sudah sangat lelah dan mengantuk padahal rumah mereka hanya berjarak lima rumah lain. Yang namanya Jessi kalau sudah membuat keputusan tidak dapat diganggu gugat.
"NON SARAPAN!" Laura memejamkan matanya terkejut saat mendengar teriakan membahana dari luar kamarnya. Dia melirik Jessi yang sedang mengombre bibirnya.
"Buru Jes!" Jessi berdehem sebagai balasan, dia menata rambutnya yang dikucir satu lalu menatap penampilannya lagi setelah itu mengangguk puas.
"Abang lo udah balik." Laura mengerutkan dahinya, bukankah abang kembarnya akan pulang dua hari lagi? Lalu kenapa sudah pulang sekarang?
"Lo tau dari mana?"
"Semalem gue buat mie, mereka balik. Sekitar jam 1an kalo gak salah." Laura menganggukkan kepalanya paham.
Saat diujung tangga Laura dapat melihat dua kakak kembarnya dan jangan lupa para teman temannya, ah sepertinya ada si tokoh utama disana, Ravelion Kenneth Xavinder.
Tanpa menyapa, Laura dan Jessi langsung menuju ruang makan. Di novel Laura dan ketiga kakaknya memang memiliki hubungan yang kurang baik. Itu disebabkan oleh tante mereka yang dahulu memprovokasi ketiga kakaknya. Dahulu saat kecil Laura selalu dikucilkan dan dihina oleh ketiganya namun saat SMP dia sudah berani melawan karna sadar jika dia hanya sendiri. Orang tuanya? Tentu saja sibuk bekerja.
"Non mau makan pake apa?" Laura menatap menu di meja makan, ada banyak makanan namun pilihannya tertuju pada salad buah.
"Nasi goreng." Laura melirik Jessi yang sedang menatapnya datar. Tanpa berniat membantah, Laura segera memakan nasi goreng yang sudah disajikan dipiringnya.
"Cewek semalem, lo dapet gimana bisa?" Laura mengunyah nasi gorengnya lalu menelannya, beralih menatap Jessi.
"Abis dari alfa ada yang teriak minta tolong, karna gue baik hati jadi ya gue tolong." Jessi menganggukan kepalanya mendengar cerita singkat dari Laura. Mereka melanjutkan makan dengan keadaan hening.
"Pagiii neng, kiw cantik banget sihhh." Laura dan Jessi hanya melirik sekilas, sedangkan yang menyapa sedang ditertawakan karna sapaannya tidak dibalas.
"Mau sekolah?" Laura melirik sinis orang yang duduk disebelahnya dan bertanya hal yang tidak berguna, Ken.
"Mau open BO." Lagi suara tawa menggelegar kembali terdengar, Ken yang pertanyaannya dijawab asal menatap Laura dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ayo berangkat Jes, disini panas banyak setannya." Jessi mengangguk, sebelum beranjak dia meminum habis jusnya.
"Tega banget neng, Aa yang tampan begini dibilang setan." Laura menatap Avindra, salah satu sahabat Ken dan kakak kembarnya.
"Gak ada yang bilang lo setan, kalo merasa ya berarti lo mikir kalo lo masuk golongannya." Laura mengangkat tasnya lalu disampirkannya dibahu, menatap kakak kembarnya datar.
"Berangkat."
*~~~*
Laura dan Jessi sampai disekolah, mereka langsung menjadi sorotan saat turun dari mobil. Memang siapa yang tidak mengenal mereka berdua? Dua primadona sekolah yang sama sama memiliki sifat dingin dan bad namun begitu mempesona, sangat sulit untuk diabaikan.
Mereka bertambah segan karna Laura merupakan adik dari si kembar D, Doveno dan Deovan. Belum lagi rumor yang mengatakan kalau Ken si ketua Peligro memiliki hubungan lebih dengan Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis and Protagonis Become Friends
Fantasy☁️TERIMA KASIH UNTUK YANG SUDAH MAMPIR, HAPPY READING //☁️☁️☁️// Gania, gadis penuh kebebasan dengan segala sikap seenaknya dan semaunya mendadak bertransmigrasi ke tubuh antagonis sebuah novel yang ia baca dua minggu lalu sebelum kecelakaan. Dan s...