J

2.6K 311 4
                                    

hayyy, selamat malam minggu.
and happy reading^^

Sehabis kejadian dipinggir lapangan tadi, kini Laura, Jessi dan Amanda sedang duduk manis di kantin dengan meja penuh makanan. Sibuk aduk mulut dengan kaum cabe cabean tadi membuat perut Laura dan Amanda lapar.

"Manda." Amanda berhenti mengunyah dengan wajah tegang. Dengan susah payah dia menelan siomay yang baru dia kunyah dua kali.

Matanya lalu melirik Laura yang asik makan tanpa peduli keadaan sekitar. Bahaya, dia harus minta tolong kesiapa saat ini.

"Iya, Jessi?" Amanda menatap Jessi dengan wajah seolah tidak tahu apa apa.

"Tau kesalahan lo?" Amanda menggelengkan kepalanya, padahal mah dia tau.

"Manda salah apasih? Yang salah tuh Laura sama Jessi karna udah ngatain Manda mirip tatan." Amanda melanjutkan acara makan siomaynya dengan tidak tenang.

Jessi menatap Amanda intens selama beberapa saat lalu melirik Laura yang sedang menyeruput jus mangganya.

"Temenan sama kita bukan berarti lo harus ngikutin apa yang kita lakuin. Jangan jadi penjahat cuma gara gara orang lain." Laura menghentikan acara menyeruput jus mangganya, dia menatap Jessi yang sedang menatapnya.

"Jangan jadi penjahat buat ngelindungin orang lain. Lo bisa ngelindungin orang tanpa harus merubah diri lo sendiri." Jessi mengalihkan tatapannya ke Amanda yang saat ini sedang menatapnya bingung.

"Jangan ngomong kasar lagi, lo bisa jadi temen kita berdua tanpa harus ngikutin kejelekan kita." Amanda mengangguk anggukan kepalanya.

"Tapi kalian berdua cantik banget lho menurut Manda."

Tak

"Polos sama goblok bener bener beda tipis." Cibir Laura setelah menjitak kening Amanda dengan penuh cinta.

"Tapikan bener! Laura sama Jessi emang cantik, kata mami juga gitu. Kata anak anak sekolah ini juga kok." Laura mengibaskan rambutnya sombong lalu berpose centil.

"Iyasih, gue akuin kalau gue emang cantik. Tampang gue juga hot hot imoet kek Jennie Twice." Jessi berdecih jijik sedangkan Amanda menatap Laura sedikit takut.

"Lain kali Manda muji Jessi aja deh, takutnya Laura kalau dipuji makin gila. Kan kasian Mama Papanya Laura harus keluar uang buat bawa Laura berobat."

"Bangkwe lo nyet." Amanda tertawa kecil.

"Kan Laura yang ngajarin Manda."

"Gue? Mangap mangap aja ya, gue anak baek baek gak perna ngajarin yang gak bener."

"Kemarin Laura ngajarin Manda bilang As-"

"Ekhem." Amanda menatap Jessi sambil memasang senyum manisnya sedangkan Laura tersenyum penuh kemenangan.

"Hehe, Manda disuruh sih sama Laura. Katanya kalau mau jadi temen Laura harus pintar berkata kata mutiara."

"Betul, yang gue ajarin ke lo itu semua kata kata mutiara yang pantes diucapin kemanusia setengah babi kek tadi." Jessi menggelengkan kepalanya, terserah mereka sajalah.

Yang satu pinter ngibul, yang satu gampang dikibulin. Makin suram saja hidup Jessi.

'kenapa ceritanya melenceng jauh dari alur? Jessi, sebenernya apa maksud omongan lo tadi?'

***

Laura menatap langit langit kamarnya dengan tatapan datar. Ada banyak yang dia pikirkan saat ini, salah satunya maksud ucapan Jessi yang memiliki makna lain.

Antagonis and Protagonis Become FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang