Laura berbaring dilantai balkon kamarnya, memandang malam yang entah kenapa sangat terang, mungkin karna kecantikannya yang menerangi malam, peace. Laura suka dunia ini karna walaupun persis dengan dunia asli, udara dan kehidupan disini lebih baik.
Dia memikirkan bagaimana kondisi orang tuanya disana, apalagi mama dan papa nya hanya memiliki dirinya. Laura menghela nafas lalu memejamkan matanya, dia bingung. Mengapa dia ada disini? Apakah ada yang harus ia lakukan? Kalau begitu apa? Kenapa tidak ada satupun petunjuk?
"Njir gue kek orang ilang disini, mana harus pura pura kenal sama orang disini lagi." Laura tertawa sumbang.
"Apa mending bunuh diri aja ya? Siapa tau gue langsung sampe neraka."
"Tapi masa cewek cantik sejenis gue bunuh diri, gak elit sekali."
"Haduh haduhhh prustasi gue, mana pemeran cowoknya malah ketemu gue semua bukannya ketemu si monyet."
"MAKKKK PENGEN KAWIN AJA SAMA DUDA."
"Selera lo rendah banget, sama duda." Laura mendongak, ternyata Deovan.
"Ngapain lo disini?"
"Gak sengaja denger ngomong sendiri abis itu teriak minta nikah." Laura mengerutkan dahinya sambil menatap Deovan yang ikut berbaring di lantai balkon.
"Gue minta kawin bukan nikah."
Plak
Laura mengaduh saat Deovan dengan seenaknya menampar jidat seksinya.
"Lo apa apansih! Ntar kalo jidat gue gak semok lagi gimana!" Deovan tertawa kecil mendengar ucapan nyeleneh Laura, ternyata berbicara dengan Laura tidak buruk.
"Btw, lo ngapain ke kamar gue? Bukannya selama ini lo sama abang abang lo benci sama gue?" Laura melirik singkat Deovan lalu kembali menatap langit.
"Ra,"
"Hm?"
"Kalo gue bilang kita gak benci lo, lo percaya?"
"Gak."
"Tapi kenyataannya emang gitu, gada yang benci sama lo Lau. Semua orang sayang sama lo termasuk gue, Veno sama bang Saga." Laura memejamkan matanya, berusaha tidak peduli.
"Dulu waktu lo lahir, Mama sempet koma selama dua bulan. Waktu itu bang Saga cerita sama gue kalau Mama hampir meninggal gara gara lo, tante Irna juga manas manasin gue, Veno sama bang Saga. Kita beneran gak ada niatan mau benci lo, semuanya terjadi karna pengaruh tante Irna."
"Oh."
"Laura gue serius."
"Hm, gue juga gak peduli. Toh hubungan kita emang udah buruk sejak dulu jadi penjelasan lo gak ada gunanya."
"Ada, ada gunanya. Gue mau jadi kakak lo Lau, jadi kakak yang selalu lindungin adiknya. Karna itu gue jelasin ke lo." Laura menatap Deovan, menghela nafas saat dengan jelas melihat ketulusan kakak tubuh yang ia tempati.
Laura andai yang disini bener bener lo, pasti lo bahagia kan? Gue jahat banget udah rebut apa yang selalu lo impikan, maafin gue Lau. Karna lo pergi dan jiwa gue disini tanpa alasan jadi mulai sekarang tubuh lo gue anggap hak gue. Tapi gue janji, waktu lo balik nanti semuanya jadi milik lo lagi Laura. Sorry.
Laura tersenyum tipis lalu mendekat ke arah Deovan lalu masuk kedalam pelukan laki laki itu. Sedangkan Deovan yang mendapat pelukan mendadak Laura langsung membeku.
"Bang Deo gue kangen." Deovan makin terkejut, tanpa sadar matanya berkaca kaca. Dia dengan cepat membalas pelukan Laura dengan erat tanpa menyadari air matanya ikut menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis and Protagonis Become Friends
Fantasy☁️TERIMA KASIH UNTUK YANG SUDAH MAMPIR, HAPPY READING //☁️☁️☁️// Gania, gadis penuh kebebasan dengan segala sikap seenaknya dan semaunya mendadak bertransmigrasi ke tubuh antagonis sebuah novel yang ia baca dua minggu lalu sebelum kecelakaan. Dan s...