N

1.9K 244 11
                                    

Laura sudah mengganti bajunya dengan seragam, sekarang dia sedang menunggu Jessi yang sedang berkumpul dengan anggota tim basket putri. Katanya ada beberapa yang perlu dibahas juga mungkin akan ada acara makan makan atas kemenangan mereka. Ya, sekolahnya dinyatakan menang dan semua sekolah yang terlibat kecurangan diberi peringatan juga denda.

Yah setidaknya mereka diberi hukuman walaupun seringan itu. Sedang asik melamun, pundak Laura ditepuk oleh seseorang dan ternyata dia

Theo.

"Ngapain lo disini?" Theo tersenyum tipis saat melihat raut wajah Laura yang berubah keruh.

"Ada larangan gue disini?"

"Bodoamat!" Sentak Laura, daripada dia emosi mending didiemin aja udah.

Padahal di novel Theo ini tipe tipe cowok cuek, dingin, gengsian tapi perhatian tapi kok yang muncul jamet sok akrab gini? Laura jadi curiga kalau semua karakter novel jiwanya ganti semua.

"Lo sendirian?"

"MANURUT LOEHH?!" Theo tersenyum canggung, bego juga dia udah tau Laura sendiri masih saja ditanya.

"Sendiri hehe."

"Terus lo setan gitu hah? Gue sama lo anjir." Theo semakin tersenyum miris, astaga ini dia yang goblok apa memang Laura yang terlalu pintar bicara?

"Ah iyaiya, ngomong ngomong lo pulang sama siapa?" Laura memincingkan matanya curiga, dia mencium bau bau diajak pulang bareng. Bukannya kepedean ya, tapi pesona Laura emang gak perlu dipertanyakan. Semua cowok bisa klepek klepek sekali dikedipin Laura.

Kecuali Kenanjing sih.

Mengingat nama Ken, rasanya Laura ingin membunuh manusia sok ganteng itu rasanya. Skakskkabsjaama emosi dech.

"Dia pulang sama gue." Laura tersentak kaget, dia menatap manusia yang baru saja dia umpati. Panjang umur, tapi Laaura doain semoga dia pendek umur. Jangan diaminkan, takut dosa soalnya Laura terlalu suci untuk terkena dosa.

"Lo siapanya emang?"

"Pacarnya."

"EH BABI! ENAK AJA TUH MULUT! GUE SUNAT LAGI YA LO!" Ken tersentak kaget saat mendengar suara melengking Laura ditelinganya. Rasanya seperti akan budek.

"Jangan teriak!" Laura melirik sinis Ken, terus kalau dia gak teriak harus apa? Loncat dari monas? Berenang di sungai Amazon?

"Serah gue lah, mulut juga mulut gue. Ngapain lo yang ngatur ngatur?" Ken menghela nafas, Laura dan sikap pembangkangnya memang perpaduan yang sangat menjengkelkan.

"Ayo pulang." Laura membuang wajahnya, enak aja dia jual murah setelah ditolak tadi. Mana mau dia sama modelan Ken, mending pacaran sama karakter fiksi.

"Ogah, kalian aja sono yang balik bareng. Gue udah punya supir pribadi. BHAY PARA KAMBING!" Setelah itu Laura berjalan menuju parkiran, lebih aman menunggu didalam mobil daripada ketemu kadal sawah.

***

J

essi baru saja akan menjalankan mobilnya sebelum ada makhluk menyebalkan yang berdiri merentangkan tangannya didepan mobilnya. Laura yang sedang emosi langsung membuka kaca mobil, tentu untuk mengumpati manusia oon didepan mobil Jessi.

"HEH MONYET ANGGORA! NGAPAIN LO BERDIRI DISANA? MAU MATI? MAU BUNUH DIRI?! JANGAN DISINI GUE MAU PULANG!" Amanda, gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. Dia langsung berjalan menuju Laura sambil memasang wajah yang selalu berhasil membujuk orang tuanya, tidak tahu dengan Laura.

Antagonis and Protagonis Become FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang