Chapter 25

1.3K 118 30
                                    

'Hin, How's your day? aku mau makan malam sekarang sama temen-temen kerjaku. Kamu sama Pluem gimana sudah makan? Gak tau kenapa aku pengen cepet pulang ketemu kamu sama Pluem. Aku minta maaf karena akhir-akhir ini aku semakin berkurang memberikan waktu untuk kamu dan anak kita. Hin.. aku rasanya ingin berhenti dari pekerjaan ini.' 

Setelah berhasil mengirimkan pesan pada New, ia langsung beranjak dari duduknya dan segera pergi ke salah satu restoran yang sudah diberitahu Mild sebelumnya. Tay mulai dirundung rasa kecemasan yang datangnya tiba-tiba begini sejak ia kembali ke kamarnya tadi Tay menjadi lebih memikirkan New perasaan tidak enak selalu membuatnya merasa tidak nyaman hingga detik ini sampai ia berniat untuk berhenti dari pekerjaannya. 

New mengigit jarinya sambil masih menangis pelan di dalam taksi pandangan lirihnya hanya bisa menatap samping kanannya sambil memegang bibirnya yang sudah memar dan menyisakan darah karena perbuatan Kao ditambah pergelangan tangannya yang meninggalkan bekas cengkraman Kao disana. Bukan soal sakit pada luka tersebut yang ia rasakan tetapi mentalnya. Kao sudah membuat perasaanya hancur berkeping-keping kini ia merasa dirinya sakit secara hati dan jiwa. 

Sang supir hanya bisa melihat keadaan penumpangnya dari kaca spion tengah kemudi nampak jelas lirih yang dirasakan penumpangnya itu namun enggan juga untuk bertanya padanya. 

Sebuah pesan masuk dalam ponsel New dan membukanya ia membaca pesan dari suaminya yang kini jauh jarak dengannya. Seketika New semakin terisak saat membaca bahwa Tay merindukannya dan Pluem sehingga ketakutan New semakin bertambah saat ini dan ia tidak ingin Tay juga terbawa jauh karena ulah Kao. 

'Aku baik-baik saja. Selesaikan pekerjaanmu dengan baik jadi kamu bisa pulang dan ketemu aku dan Pluem. Aku juga merindukanmu Tay.'

Rasanya sakit sekali saat membalas pesan dari suaminya. Namun ia tidak ingin memberitahu apa yang ia alami sekarang ia tidak mau mengganggu Tay dan menghancurkan semuanya. Selang beberapa menit setelah membalas pesan dari suaminya, New mendapatkan telepon dari sebuah nomor yang tak dikenali. Lama ya menatap layar ponsel tersebut sampai berpikir siapakah yang meneleponnya namun ia takut jika itu adalah suaminya yang menghubunginya maka New memutuskan untuk menjawab teleponnya.

"H-halo."

"Sudah sampai mana New, belum sampai di tempat Gun kah?" Suara itu sangat dikenalin oleh New sehingga ia membelalakan matanya tidak habis pikir dengan apa yang sudah dilakukan Kao.

"K-kao?"

"Hebat ya, kamu masih hafal betul suaraku di telepon."

"Kamu dapat nomor aku dari siapa?"

"Dari siapa? New.. tidak penting kamu tau aku dapat nomor kamu dari mana atau dari siapa. Cuma satu hal.. aku sudah tahu kamu stay dimana."

"Mau kamu apa! Kao?!" New menekan dengan nada gusar dengan sedikit bergetar dan di balas dengan dengusan meremeh dari Kao.

"Begini New, aku mau menawarkan ya semacam kerjasama denganmu. Tenang saja kerja sama ini tidak akan membuat kamu rugi kalau kamu mau mengikutinya."

"Apalagi Kao? Tolong jangan bawa aku lagi dari hal-hal gila yang mau kamu lakukan."

"Justru hal-hal gila inilah menyangkut tentang kamu, Pluem dan tentang kita."

"Kamu gila ya, bener-bener gak ada warasnya!" Umpat New.

"Tanya dirimu sendiri kenapa gak pernah gagal untuk buat aku selalu merasa tidak waras." New mematikan ponselnya begitu saja dan tidak membalas perkataan Kao.

Kembali telepon berdering namun New memilih untuk tidak mengangkat telepon itu dan membiarkannya berhenti akan tetapi bukan Kao namanya jika ia tidak nekat untuk terus menghubungi New sampai akhirnya dia memberikan pesan yang sangat mengancam dirinya.

Sweet MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang