Chapter II : L'eau et Le Vent de L'est

254 23 2
                                    

Di saat yang sama...

Jauh di timur di seberang samudra, di Kekaisaran Orient, Kaisar Qin sedang bersantai bersama selir-selirnya dan dayang-dayangnya serta para wanita penari. Berbeda dengan ketiga kerajaan, Kekaisaran Orient memiliki wilayah kekuasaan terluas dengan laut yang menyimpan banyak kekayaan maritim, tanah yang sangat subur, tambang batu bara serta tambang logam mulia dan tingkat kesejahteraan yang tinggi. Langit selalu cerah sepanjang tahun. Iklim tropis yang hangat dan lembap. Siang dan malam memiliki durasi waktu yang sama. Dan tidak pernah ada salju. Itulah sebabnya Orient sering disebut sebagai Tanah Surga.

Jadi siang itu, meski di tiga kerajaan lain musim semi baru tiba sehingga udara masih sedikit dingin, di Orient cuaca sangat cerah dan hangat. Kaisar menikmati minuman segar yang terbuat dari madu murni dan potongan berbagai buah-buahan yang tumbuh di Orient. Dayang-dayang yang cantik jelita mengipasinya dan memijat tubuh kekarnya yang mulai menua. Selir-selir muda belia berparas rupawan bagaikan dewi berlomba-lomba menarik perhatiannya dengan memuja-mujinya. Sementara para wanita penari berpakaian minim meliuk-liukkan tubuh elok mereka dengan lihai dan bermain mata dengannya.

Semua terlihat senang dan menikmati suasana sampai akhirnya putra kedua Kaisar, Pangeran Yi datang dengan membawa pasukannya. Para penari mendadak menghentikan tarian mereka dan menyingkir dari jalan yang dilalui Pangeran Yi dan pasukannya. Para dayang tampak kebingungan, tangan mereka yang masih sibuk mengipasi Kaisar, bergetar hebat saat melihat pasukan Pangeran Yi. Para selir menjauh sedikit, memberikan ruang bagi ayah dan anak itu untuk bicara.

Kaisar membenarkan posisi duduknya. Pangeran Yi berlutut di hadapan ayahnya, diikuti oleh pada pengikutnya yang bersujud di hadapan Kaisar. Kekaisaran Orient menganggap Kaisar setara dengan Dewa dan memujanya.

"Wahai Ayahanda, Matahari Kekaisaran, Penguasa Tujuh Samudra dan Putra Langit, Saya datang untuk menyampaikan berita yang saya dengar dari wilayah Utara." Ucap Pangeran Yi. Suaranya lantang namun tetap tenang dan penuh hormat.

Pangeran Yi sudah berusia lebih dari empat puluh tahun, namun wajahnya dan tubuhnya tidak terlihat demikian. Orang-orang di Orient terkenal memiliki penampilan yang lebih muda dari usianya. Rakyat percaya hal itu karena leluhur mereka pernah meminum darah naga sehingga mereka awet muda.

"Utara? Kerajaan Musim Dingin Abadi itu? Negeri Es itu?" Gumam Kaisar.

"Benar, Ayahanda."

"Apa yang kau dengar, Putraku?"

"Saya mendengar berita bahwa Putra Mahkota dari Negeri Es itu sudah mati dan Raja mereka dalam keadaan sekarat." Kata Pangeran Yi. Dia terdengar sangat bersemangat saat mengatakannya.

"Lalu bagaimana dengan pewaris lainnya, Putraku? Bukankah Raja mereka memiliki banyak putra?"

"Pewaris lainnya adalah Putra dari seorang Penyihir, Ayahanda. Tapi saya rasa dia tidak memiliki pendukung sebanyak yang dimiliki Putra Mahkota yang telah mati itu karena Si Penyihir bukan Ratu. Raja yang sekarat itu tidak pernah mengangkat Ratu baru setelah kematian Ratunya."

Ada jeda panjang sebelum Kaisar menanggapi perkataan putra keduanya itu. Kaisar Qin adalah pria yang penuh perhitungan. Dia tidak suka menolerir kesalahan dan tidak suka membuat kesalahan. Tapi putra keduanya itu sudah pernah membuat kesalahan sebelumnya dengan gagal merebut Westeria dari Ratu Tunggal mereka. Sang Putra saat itu berdalih dengan mengatakan bahwa kegagalannya diakibatkan Sang Ratu menjalin hubungan diplomatis dengan Negeri Para Penyihir, Nordhalbinsel.

"Lalu bagaimana dengan Putri Mahkota?" Tanya Sang Kaisar. "Tidakkah mendiang Putra Mahkota memiliki anak yang kelak akan menjadi penerusnya?"

Pangeran Yi tersenyum lebar mendengar ayahnya menyebut soal Putri Mahkota. Gadis itu sudah lama dia incar, tapi tidak bisa dia dapatkan karena statusnya sebagai tunangan dari Putra Mahkota. "Hanya gelarnya saja Putri Mahkota, sebenarnya mereka belum resmi menikah, Baginda Kaisar yang Agung." Ucapnya. Kini dia mulai masuk ke inti pembicaraan. Maksud sesungguhnya dari kedatangannya dengan menghadap Kaisar. "Kudengar tunangan Putra Mahkota yang telah mati itu adalah wanita tercantik di dunia. Saya sangat penasaran dan saya ingin memilikinya, Ayahanda. Wanita itu akan menjadi wanitaku dan Negeri es itu akan menjadi milik Ayahanda jika itu yang Ayahanda kehendaki."

The Rose of The SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang