Chapter III : Danse éternelle

232 25 0
                                    

"Wolfgang..." Grand Duchess memegang tangan suaminya, diam-diam mengalirkan ilusi ketenangan dengan sihirnya. "Aku akan bicara dengannya. Kau tunggulah di luar. Kau dan Elias terluka. Kalian harus segera diobati. Jangan membuat keributan lagi."

Wolfgang Winterthur menuruti perkataan istrinya. Sihir Lilithier bekerja dengan sempurna sehingga amarahnya mulai mereda. Jadi Sang Grand Duke dan putranya keluar dari kamar itu dengan tenang seolah terkena hipnotis.

Setelah semuanya keluar dan hanya tersisa Lilithier dan Eleanor di dalam kamar itu, Eleanor berlutut di hadapan ibunya itu.

"Ibu... Maafkan aku."

"Karena apa?" Tanya Lilithier dengan dingin. Dia tidak benar-benar marah, tapi dia ingin putrinya tahu bahwa apapun yang dilakukannya memang harus dipertanggungjawabkan.

"Karena aku telah mengecewakan kalian. Karena aku tidak bisa menjadi sosok Putri Mahkota yang sempurna. Karena Aku jatuh cinta—"

"Tidak. Kau boleh meminta maaf untuk hal lainnya. Tapi mencintai seseorang bukanlah suatu kesalahan."

"Apa?" Eleanor mendongak, melihat ke wajah ibunya yang berdiri di hadapannya. Ibunya adalah sosok wanita yang pandai mengontrol emosi. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, Eleanor melihat ibunya meneteskan air mata. Tapi saat itu, saat dia melihat wajah Sang Grand Duchess, Eleanor akhirnya melihat air mata mengalir dari mata ibunya.

Grand Duchess memeluk putrinya itu dengan lembut. "Aku yang harus meminta maaf padamu, putriku yang malang." Grand Duchess melepaskan rasa sedih yang selama ini ditahannya. Semua air mata yang tidak dia tunjukkan di depan siapa pun, semua emosi yang dia bendung selama bertahun-tahun untuk menunjukkan sosok sempurna seorang Grand Duchess Winterthur, dia lepaskan semuanya. "Maafkan ibu, putriku."

"Aku yang salah, Ibu. Tolong jangan menangis seperti ini. Aku akan menerima hukuman apapun."

Grand Duchess menghapus air matanya sebelum menatap putri satu-satunya yang sangat dia sayangi itu. Putrinya yang selama ini dia bimbing untuk menjadi wanita yang sempurna. Putrinya yang harus mengalami semua kesulitan untuk menjadi Putri Mahkota yang sempurna di mata semua orang. Grand Duchess merasa perih saat melihat putrinya harus mengalami semua hal itu, tapi di saat yang sama, dia tidak memiliki pilihan lain.

"Putriku, apa kau tahu tentang Istana Utara?" Tanya Grand Duchess.

Eleanor mengangguk ragu. "Kudengar itu adalah tempat kita, para Grimoire akan menerima hukuman jika menyalahi isi perjanjian."

"Bukan. Itu adalah satu-satunya tempat dimana para Grimoire dapat hidup. Setelah pembebasan budak dan penyerangan Istana Utara yang dilakukan oleh Grand Duke Winterthur terdahulu, Kami tidak dapat hidup di luar Istana Utara karena Perjanjian Kuno. Jika kami keluar dari wilayah Istana Utara, maka kami akan kehilangan kekuatan sihir kami, dan perlahan-lahan mati."

"Tapi Ibu dan Bibi Lilacier—"

"Kami membuat perjanjian dengan keluarga Winterthur. Perjanjian Grimoire dengan Winterthur. Perjanjian yang dibuat oleh Ayahku, Pemimpin Klan Grimoire dengan Grand Duke Winterthur terdahulu. Nordhalbinsel tidak akan membinasakan seluruh Klan kami dan membiarkan aku dan saudari kembarku untuk hidup di luar Istana Utara apabila salah satu dari kami menikahi salah satu Putra Winterthur. Grimoire yang menginginkan ampunan dari Nordhalbinsel, dan Winterthur yang ingin menggenggam kekuatan para penyihir hebat dari Grimoire, dua hal itu membuat keduanya menyetujui isi Perjanjian Grimoire."

"Jadi Ayah dan Ibu juga—"

"Kami melakukan pernikahan politik karena isi perjanjian itu. Lilacier jatuh cinta pada seorang pangeran dari Schiereiland hingga dirinya tak tahu bahwa dia sedang ditipu. Dia dihukum mati karena membiarkan Jam Pasir Grimoire dicuri. Jadi harapan Grimoire hanya tinggal diriku saja. Dan aku memilih Ayahmu, satu-satunya Putra Winterthur yang tidak memiliki ambisi apa pun. Dia adalah keponakan dari Grand Duke Winterthur sebelumnya dan berada di urutan terakhir calon penerus pemimpin keluarga Winterthur. Jadi semua yang diinginkan Wolfgang hanyalah kehidupan yang stabil meski dia memiliki kemampuan berpedang yang luar biasa sehingga diangkat menjadi Jendral penjaga wilayah perbatasan Utara. Tapi saat seluruh anggota keluarga Winterthur akhirnya dihukum mati setelah kematian Ratu Irene, Ayahmu diangkat menjadi Grand Duke dan sejak itu dia mulai berubah. Satu-satunya harapan Klannya hanya dia. Dia adalah Winterthur terakhir yang masih hidup. Itulah sebabnya dia mendidik kalian dengan keras."

The Rose of The SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang