Chapter V : à L'intersection

210 22 4
                                    

Tiga hari sebelum Hari Rapat Penunjukan Putra Mahkota Nordhalbinsel...

"Aku sudah sehat. Kemarin aku sudah beristirahat seharian penuh. Lagi pula aku memiliki pedangku, apa lagi yang perlu kutakutkan?"

Keesokan harinya Anna menyadari bahwa kalung bunga mawarnya hilang. Dia meminta izin kepada Ratu Isabella untuk mencari kalungnya itu. Karena jika jatuh ke tangan orang lain, mereka mungkin akan berusaha melacak keberadaan Anna dan akhirnya membahayakan mereka semua. Tapi tentu saja tidak semudah itu bagi Anna untuk mendapatkan izin, baik dari Ratu Isabella maupun dari Leon dan Louis yang masih mencemaskan kondisi kesehatannya meski Anna sudah mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Awalnya Ratu Isabella tidak mengizinkan putrinya pergi, tapi saat Anna mengatakan bahwa Xavier akan ikut bersamanya, Ratu mengizinkannya.

“Aku percaya kau bukan orang jahat. Aku bisa mempercayaimu kan?” Kata Sang Ratu pada Xavier.

“Ya, Baginda Ratu. Saya akan menjaganya.”

"Putra Mahkota Nordhalbinsel itu bisa saja berniat membunuhmu." Kata Leon pada Anna, tapi sengaja mengeraskan suaranya agar Xavier dapat mendengarnya.

"Jika aku memang ingin membunuhnya, untuk apa aku menyelamatkannya dan membawanya ke sini?"

"Yang Mulia, biarkan aku ikut denganmu. Aku akan menebas kepalanya langsung jika dia membuatmu terluka lagi." Kata Leon, tanpa memedulikan Xavier.

"Kau harus menunggu di sini sesuai rencana, Leon. Aku membutuhkanmu untuk menjaga Ibu dan rumah kita. Kau harus mempercayaiku. Aku cukup kuat untuk melawannya jika dia memang berniat melukaiku."

Leon terdiam. Anna memintanya untuk mempercayainya, dan tentu saja Leon percaya padanya. Leon percaya Anna dapat menjaga dirinya sendiri. Kemampuan berpedangnya sudah sangat meningkat sejak terakhir kali dia mengajarinya. Tapi bukan itu yang dia permasalahkan. Leon hanya tidak suka Anna pergi hanya berdua dengan Xavier. Tapi saat melihat sorot mata Anna yang memohon, Leon tidak dapat menolaknya.

“Baiklah, Yang Mulia. Tapi jika sesuatu terjadi padamu—“

"Aku akan baik-baik saja. Aku janji tidak akan lama."

***

Setelah Anna dan Xavier pergi, Leon dan Ratu Isabella berbincang-bincang sambil menikmati teh hangat di pondok kecil mereka. Sementara itu, Louis sebagai satu-satunya orang yang keberadaannya tidak akan dicurigai oleh siapa pun, mendapat tugas untuk berbelanja keperluan sehari-hari di pasar dan mencari berita yang mungkin dapat membantu mereka.

"Kau masih memikirkannya?" Tanya Ratu Isabella pada Leon sambil meminum teh dari cangkirnya. Itu memang bukan cangkir keramik yang biasa digunakan oleh Sang Ratu untuk jamuan teh kerajaan di Istana Schiereiland dahulu, tapi Ratu Isabella tetap dapat menikmati tehnya dengan cara yang anggun.

"Saya percaya pada Yang Mulia Putri." Jawab Leon, singkat.

Tapi Ratu Isabella tahu masih ada sesuatu yang dipikirkan oleh Leon. Jadi dia menyesap tehnya dan bertanya sekali lagi, "Kau masih menolaknya?"

Leon hampir tersedak saat mendengar pertanyaan itu. "Apa maksud—“

"Leon..." Ratu Isabella menatap Leon dengan serius. "Jika suatu saat aku pergi jauh, atau pergi untuk selamanya, aku ingin ada orang yang menjaga dan menyayangi putriku lebih baik dariku. Aku sudah lama mengenalmu. Aku jauh lebih mengenalmu daripada dirimu sendiri. Dan kurasa kau bisa melakukannya."

"Baginda Ratu, Saya tidak—“

"Ibunda. Berapa kali lagi aku harus mengoreksimu? Dan juga, aku belum selesai bicara. Tolong dengarkan dulu." Ratu Isabella langsung menyela, sebelum Leon meneruskan kalimat penolakannya yang sudah sering didengarnya setiap kali Sang Ratu berusaha membahas tentang hal itu. "Saat ini aku bisa melihat, ada dua jalan yang terbuka untuk putriku. Dan aku tak yakin jalan mana yang akan ditempuhnya."

The Rose of The SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang