Chapter IX : Une Promesse

188 19 4
                                    

Sudah tiga hari sejak mereka meninggalkan pondok kecil itu dan melakukan perjalanan menuju Schiereiland. Anna berusaha terlihat biasa saja di depan semua orang seolah tidak pernah mendengar kalimat penolakan itu dari Leon. Anna bahkan mengobrol dan bercanda seperti biasa dengan Leon. Dia berhasil menipu semua orang kecuali satu orang yang terus memperhatikannya dari jarak yang lebih jauh dari yang lain.

Xavier tahu Anna sedang berusaha menutupi perasaannya, tapi dia tidak bisa mengatakannya pada siapa pun. Dia tidak benar-benar tahu apa yang membuat Anna sampai sesedih itu dan merahasiakannya dari semua orang, tapi kurang lebih dia dapat menebaknya. Dari sikap Anna yang kadang terlihat tidak fokus dan melamun saat sedang sendiri, lalu detik berikutnya cerah ceria dan penuh semangat seolah sedang memakai topeng. Dari gerak-gerik gadis itu yang seolah menghindari tatapan Leon. Keduanya tidak terlihat sedang bertengkar atau pun memiliki masalah. Tapi terlihat aneh. Dari situlah Xavier tahu apa yang terjadi sebenarnya selain dari rasa sakit dan perih yang turut dia rasakan.

Dalam perjalanan menuju Schiereiland, rombongan kecil itu membeli tiga ekor kuda untuk dikendarai Anna, Xavier dan Ratu Isabella—Louis yang belum mahir berkuda menunggangi Onyx bersama Leon—dan membeli perbekalan untuk perjalanan jauh mereka. Di siang hari mereka akan berkuda melewati hutan-hutan atau pedesaan yang sepi penduduk. Di malam hari mereka akan berkuda di pinggir kota dan berhenti di penginapan kecil untuk beristirahat atau mendirikan tenda di hutan bersalju. Terkadang saat melewati tempat yang terlalu ramai, mereka akan berpencar dan berkuda secara terpisah tapi bertemu lagi di suatu titik. Hal itu dilakukan agar mereka tidak tampak mencurigakan.

Sore itu setelah berkuda melewati salah satu desa di wilayah Richterswill yang berbatasan langsung dengan Schiereiland, mereka beristirahat sejenak untuk minum dan memeriksa peta.

"Jika kita terus berkuda mengikuti alur ini tanpa istirahat hari ini, besok siang kita akan sampai di Cleteland." Kata Leon sambil mengamati peta yang baru dibelinya di salah satu pasar yang baru mereka lewati sehari sebelumnya.

Cleteland adalah nama wilayah di Schiereiland yang memiliki iklim terdingin karena berbatasan langsung dengan Nordhalbinsel. Di wilayah itulah Leon dan Louis pernah pergi untuk menanam beberapa Bloody Berry karena iklimnya yang serupa dengan iklim Nordhalbinsel, namun tanahnya tidak mati dan tanaman masih bisa tumbuh subur.

"Kalau begitu, ayo kita segera lanjutkan perjalanan." Anna sudah bersiap untuk kembali menaiki kudanya, tapi Xavier menahannya.

"Duduklah, Anna." Kata Xavier.

"Kenapa?" Tanya Anna.

Karena Xavier tidak langsung menjawabnya, jadi Anna kembali duduk di atas batu. Xavier berlutut di hadapannya dan mengamati kakinya.

"Boleh aku melihatnya?" Tanya Xavier.

"Melihat apa?" Leon ikut bertanya, menghampiri Anna dan Xavier. Louis dan Ratu Isabella turut berdiri di sampingnya.

"Tolong buka sepatumu." Xavier meminta dengan sopan.

"Aku tidak mau." Jawab Anna langsung, tahu apa yang dimaksud oleh Xavier. Tanpa menunggu yang lainnya, Anna sudah lebih dulu berjalan menuju kudanya. Tapi jalannya agak pincang meski dia sudah berusaha berjalan dengan normal.

Anna sempat jatuh pagi ini saat mereka mengambil jalan terpisah. Dia jatuh karena benaknya sibuk memikirkan banyak hal selama berkuda sendiri. Selama tiga hari belakangan ini dia memang sering tidak fokus dan sering melamun. Tapi karena dia tidak benar-benar merasa sakit, jadi dia mengabaikan luka itu. Jika dibandingkan dengan luka bekas anak panah atau luka sayatan pedang, rasa perih di kakinya itu bukan apa-apa baginya. Anna yakin luka itu akan sembuh dengan sendirinya jadi dia tidak mengatakannya kepada siapa pun. Lagi pula dia ingin segera sampai di Schiereiland. Dia tidak mau luka sepele di kakinya menghambat perjalanan mereka.

The Rose of The SouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang