Tiap chapter di isi dengan kehidupan para 13 bujang, dengan latar kehidupan yang berbeda.
"Sisi lain dari sebuah kesenangan yang diambil hikmahnya untuk pembelajaran. Dikemas dalam sebuah cerita yang penuh dengan makna."
Aku sadar, bahwa aku tak sem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pikiranku seperti gerimis hujan Yang sulit untuk diredam Akankah kau muncul saat matahari terbit?
Siluetmu tertinggal di dalam kenangan Aku tak bisa merasakanmu di sampingku lagi
Aku melewatimu seperti hembusan angin musim gugur yang dingin Membiarkan daun yang jatuh berdesir dengan tenang
Can You Sit By My Side - Jun
○○○
Sabtu Pukul 22.15 WIB
Belum sempat aku mengetuk, tiba-tiba gagang pintu sudah terbuka dari dalam. Ternyata Mbah Putri sudah duluan tahu kalau cucu laki-lakinya akan datang malam ini.
"Assalamu'alaikum mbah," ucapku sambil tersenyum dan mencium tangan si mbah
"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh", ucap beliau sambil mempersilahkan ku masuk ke dalam rumah
Sesaat kemudian beliau melontarkan pertanyaan, "Kamu kenapa? Sehat Jun? Datang malam-malam sambil menahan tawa nggak jelas gitu?" selidik Mbah Putri
"Alhamdulillah sehat mbah. Tadi ada kejadian lucu di jalan, tapi besok aja ceritanya." ucapku sambil merangkul beliau. Kami berjalan bersama menuju ruang keluarga yang berdekatan dengan dapur, lalu aku teringat sesuatu
"Jun kira Mbah Putri sudah tidur, lho. Soalnya Jun lupa berkabar, karena HP-nya mati tadi."
"Belum lah. Kebetulan maghrib tadi si Tulus pegawaimu telpon, kalau kamu mampir dulu buat ngantar pesanan roti ke Ambarawa. Apalagi jalan masuk ke dusun sini lagi di tutup karena perbaikan jalan kan. Mbah udah nebak kamu bakal jalan kaki buat ke sini dan nitip mobil di Dangkel, tempatnya Mbah Parmin. Karena cuman Mbah Parmin kan yang punya lahan cukup luas buat parkir mobil" jawab Mbah Putri dengan sumringah
"Sini duduk dulu, udah mbah siapin teh panas lho. Kamu mau makan? Perlu mbah buatin sesuatu?" beliau menawarkan dan sudah beranjak menuju dapur namun langsung kutahan
"Engga mbah, mau bebersih badan langsung istirahat saja. Kebetulan tadi udah sekalian makan dari Ungaran. O iya, Naura udah tidur mbah?"
"Udah tidur dia, seharian bantu-bantu kegiatan anak KKN, adikmu capek banget itu kayanya." jawab beliau
"Lho, sekarang ada anak KKN masuk sini to? Dari kampus mana mbah?"
"Universitas Factory. Udah hampir dua bulanan sih, Rabu besok mereka udah balik ke kampus. Alhamdulillah mbak-mbaknya nyenengin, suka bantuin di sini, mas-masnya juga ramah-ramah, bisa berbaur dengan masyarakat juga. Mbah aja terpesona lho sama mereka"
"Mbah terpesona sama mas-mas KKN?" Aku menimpali sambil menahan tawa melihat ekspresi beliau yang sedang bercerita
"Maksud mbah, terpesona sama salah satu mbak KKN-nya, Jun. Kayanya ada yang pas buat kamu lho. Gitu.." terang Mbah Putri