Aku

46 7 2
                                    

Boo Seungkwan as Farhan Senju

○○○

'Akan selalu ada ruang di alam semesta ini untuk yang merasa hanya menjadi 'orang biasa' '

'Kamu memang bisa memaksakan diri untuk menjadi orang lain, tapi hatimu tetap akan setia pada 'dirimu' yang sebenarnya.'

○○○


Sepasang kelopak mata mencoba membuka, sorot cahaya yang masuk cukup banyak membuat pupil mata pria tersebut mengecil. Ia terbangun dimalam hari, menatap jendela yang terkena percikan air hujan menambah aneh perasaanya.

Tatapannya kosong, menggambarkan betapa kosongnya jiwa pria tersebut, 'Gue ... kok kayak capek banget ya?' batinnya.

Pria yang sering dipanggil Farhan itu membuka ponselnya. Ia tidak berharap ada yang menghubunginya, hanya saja notif grup satu circle nya terlihat ramai membahas pertarungan akatsuki vs ultramen.

Disisi lain, ia melihat story whatsapp teman-temannya, satu story yang menarik perhatiannya. 'Kamu akan tetap memiliki hidup walau hanya dengan dirimu yang sekarang.'

Pria itu membaringkan kembali tubuhnya, menatap kosong langit-langit kamarnya sangat lama. Tidak memikirkan apa-apa disaat hati gelisah adalah hal yang menyesakkan. Tidak, bahkan memikirkan sesuatu yang kita belum menemukan jalan keluarnya sama menyesakkannya.

●●●

Dering ponsel Farhan berbunyi, terlihat sebuah nama tertera di layar ponsel tersebut, "Gimana, Yut?" tanyanya dengan singkat.

"Ayo kumpul," Seseorang menawarinya.

Lisan Farhan tidak langsung menjawab tawaran Yuta. Hembusan nafas ia lepaskan lembut. Rasanya lelah, tapi ia ingin. Karena itu keinginannya.

Ia telah sampai dimana teman-temannya sedang sibuk dengan obrolan mereka, "Hewan apa yang hidupnya tidak sesuai dengan aturan yang ada?"

"Monyet?"

"Kambing?"

"Sapi?"

"Buaya, ular, komodo, biawak?"

"Salah ih! Tau gak apa?"

"Buruan elah ngasih taunya,"

"Ya sabar. Namanya juga tebak-tebakan. Kalo cepet ya cerdas cermat"

"Jawabanya adalah ... kepiting, hehe." Lanjut Garra dengan ketawanya yang membuat suasana sekitar seperti kerupuk habis digoreng, garing.

"Kok bisa?" tanya Boni.

"Soalnya jalannya menyimpang." Jelas Garra yang diiringi dengan tawa teman-temannya. Sepertinya mereka terpaksa.

'Kenapa mereka bisa tertawa di masa dewasa yang melelahkan seperti ini?' batin Farhan melihat dari kejauhan. Bukankah di dunia ini tertawa adalah cover sempurna untuk menutupi luka?

"Heyo, Farhan our thomas boy. Habis darimana nih? lemes banget," Sapa Garra. Farhan hanya tersenyum tipis. Namun pada akhirnya, ia membuka suara dan ikut menyatukan tawa.

Us, Again || SVT LOKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang