4

114 91 55
                                    

Diruangan seperti kantor ini aku tengah di interogasi oleh lelaki yang bertumpang kaki dengan angkuhnya. Dan kini malah terjebak dengan atmosfer penuh ketegangan bersama lelaki yang sangat tidak ingin aku temui ini.

"Sekali lagi aku mohon mas, biarin Ziah pergi." aku merendahkan diri dihadapan lelaki itu. Berharap dia bermurah hati melepaskanku, membiarkanku pergi dan mencari kots-kost an lain. Karena tak mungkin lagi untuk aku mengekost di tempat ini saat tau pemilik kost yang sebenarnya.

Dengan kejadian ini aku yakin bahwa bumi memang sesempit ini. Yang aku kira tidak akan bisa di pertemukan semudah itu dengannya ternyata sekarang aku malah tengah mengobrol seperti ini.

"Apa untungnya saya lepasin kamu, Ziah?" pertanyaan pertama yang di lontarkan lelaki itu padaku.

"Banyak Mas, salah satunya kita tidak akan jadi menikah. Mas juga gak mau kan pernikahan itu sampai terjadi? Ziah juga gak mau makannya ini kabur, jadi biarin Ziah pergi yah." aku harap setelah mendengar itu Mas Izal akan membiarkanku pergi.

Terlihat dia seperti berfikir menimbang penjelasanku. Harap-harap cemas aku menunggu keputusannya. Wajahnya selalu di hiasi senyum smirk-nya, entah apa maksudnya aku tidak tau.

"Saya rasa cuman kamu yang tidak menginginkan pernikahan ini." ujar Mas Izal santai seperti di pantai, wajahnya yang tenang kini menatapku lekat.

"Haaa?" aku terkejut dengan apa yang di ucapkannya. Lebih tepatnya bingung, Mas Izal bisa juga yah bercandanya.

"Bukannya Mas Izal juga tidak mau pernikahan itu sampai terjadi, aku tau kok Mas jadi kita bisa batalin pernikahan itu. Ayo Mas kita bekerja sama." Aku mengatakan itu karena teringat Mas Izal pernah menolak perjodohan ini juga. Aku harap dia mau di ajak kerjasama untuk membatalkan perjodohan ini.

"Iya benar, saya gak mau pernikahan itu sampai terjadi... Secepat ini. Kamu juga masih harus sekolah,kan? Saya bisa tunggu dan datang lagi 3 tahun kemudian setelah kamu lulus SMA."

Seketika aku memegang kepala dan menjambak rambutku sendiri. Kenapa jadi seperti ini? Aku merasa bodoh di sini.

Aku benar-benar tidak mengerti lagi dengan perkataan Mas Izal, itu terlalu berbelit menurutku. Jadi menurutnya di sini dia bukan benar-benar tidak menginginkan pernikahan ini, dia cuma tidak mau pernikahan itu terjadi terlalu cepat karena aku masih bersekolah. Yah memang terhitung hanya 1 bulanan lagi menuju hari pernikahan kita.

Berarti dia di sini sama sekali tak menolak pernikahan ini? Oh astaga, aku kira Mas Izal juga tidak menginginkan perjodohan ini.
Kenapa Mas Izal aneh!?

"Maksudnya Mas gimana?"

"Ya, gitu. Pernikahannya bisa terlaksana setelah kamu lulus nanti seperti ucapan saya tempo hari."

Aku cengo, ternyata bukan hanya keluargaku dan keluarga Mas Izal yang akan menjadi penghalang namun sang mempelai lelaki pun sepertinya akan melakukan segala cara untuk menghambatku membatalkan pernikahan ini. Tidak bisa di biarkan!

Sekarang, 1 hari 1 minggu 1 bulan bahkan 3 tahun sekalipun aku tidak mau menikah dengan Mas Izal. Lelaki yang tak kucintai yang bahkan lebih pantas untuk menjadi omku bukan malah suami untukku sendiri.

Mungkin aku salah jika memandang seseorang dari umurnya tapi aku berhak memilih pilihanku sendiri untuk pendamping hidupku nanti. Bukan malah dengan seperti ini aku mendapat pendamping hidup.

JANGAN RENGGUT MASA DEPANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang