12.Semangat

58 7 0
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayah nanti pulang nya agak telat." ujar Pak Zaidan.

"Loh kenapa?"

"Pekerjaan ayah banyak lagi,"

Avneet mangguk mangguk.

"Sana masuk,"

Avneet mencium punggung tangan Pak Zaidan.

"Uang jajan kamu masih ada?" tanya Pak Zaidan.

"Ada kok yah," jawab Avneet.

"Masih ada berapa?"

Avneet mengeluarkan dompet kecilnya. "Segini yah."

Pak Zaidan melihat hanya ada satu lembar uang berwarna hijau.

Lalu Pak Zaidan mengeluarkan dompet nya dan mengambil dua lembar uang berwarna merah.

"Ini pegang." ucap Pak Zaidan memberikan nya.

"Gak usah ayah." tolak Avneet.

"Ayah simpen aja buat beli bensin,"

"Gak papa kamu ambil aja untuk beli bensin sudah ada,"

Avneet mengambil uang nya.

"Nanti kalau ayah udah gajian ayah akan ajak kamu jalan jalan," ujar Pak Zaidan.

Avneet tersenyum. "Iya yah,"

"Kalau gitu ayah berangkat dulu,"

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ayah hati hati bawa motornya."

Avneet memasuki sekolahnya saat melewati parkiran ia melihat Sidd lagi lagi berboncengan dengan Belinda.

Avneet menghela napasnya. Diri nya lagi berjuang untuk laki laki itu tapi laki laki itu malah sedang berjuang untuk mendapatkan hati yang lain nya.

Tidak, Avneet tidak akan menyerah semudah itu. Ia tak peduli jika Sidd terus saja dekat dengan Belinda.

Avneet harus bisa memenangkan hati laki laki itu.

"Sidd." panggil Avneet.

Merasa namanya dipanggil otomatis Sidd menoleh.

"Hm,"

"Kalau gitu gue duluan ya," ucap Belinda saat melihat Avneet menatap nya tak suka.

Belinda langsung saja pergi dari sana meninggalkan Sidd dan Avneet.

"Jangan tatap dia kayak gituh." ujar Sidd tak suka.

"Kenapa sih? Orang gue punya mata." kesal Avneet.

"Jadi ini urusan penting yang lo bilang?"

Sidd memasukkan kedua tangan nya ke saku celana nya.

Mama 17 TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang