BOY 2 : 17. MEREKA?

108 10 0
                                    

***

"Lo berdua gak berubah ya? Dikit-dikit, berantem, dikit-dikit, baikan, dik--"

"Berisik," ucap Rasya dan Abay bersamaan, hal itu membuat Amel geleng-geleng kepala tidak percaya.

"Dulu, cuman satu yang galak, sekarang dua-duanya," ucap Amel tidak percaya, bisa-bisanya, teman-temannya seperti ini.

"Emang," jawab Abay dan Rasya bersamaan, lagi-lagi Amel di buat bingung, sejujurnya mereka masih belum bisa beradaptasi dengan sifat Abay yang sekarang, sangat berbeda jauh dari yang dulu, jadi mereka sedikit bingung menghadapinya, Raka berdehem sebentar, menatap Abay.

"Bay, jadi sekarang lo tinggal dimana?" tanya Raka, menatap Abay. Memang, selama ini Raka tidak pernah bertemu Firman maupun Aldi, bukan karena ia tidak mau, hanya saja saat melihat Aldi, mengingatkannya pada Abay. Hal itu, membuatnya sakit.

"Gue tinggal sama papa, sama Devan, sama Aldi juga," jelas Abay, laki-laki itu menatap Raka lamat. "Makasih Ka, karena selama ini lo udah banyak bantu gue, bantu Rasya juga. Gue gak tau kalau gak ada lo," ucap Abay tulus, benar kan sesuai cerita Rasya, laki-laki ini sangat banyak membantunya, meskipun ia tidak bisa mengingatnya, tapi ia yakin, Raka itu orang yang baik. Raka tersenyum tulus.

"Gue seneng, lo balik lagi, Bay. Kasian Rasya, dia kaya orang gak waras gak ada lo," ucap Raka mengejek Rasya, perempuan itu menatap Raka tajam, ya tidak usah di perjelas juga kan? Lagian Abay juga sudah tau semuanya. Abay terkekeh, kemudian menoleh pada Rasya.

"Gue tau, bahkan gue pernah ngalamin, dan melihat dengan kepala gue sendiri," jelasnya, entah mengapa itu ekspresi yang laki-laki itu tampilkan sangat, sangat, menyebalkan. Awas saja nanti, jika mereka pulang, akan Rasya semprot dengan kata-kata tajamnya. Rasya kemudian menatap Amel dan Renata.

"Apa? Kalian mau nistain gue juga?" tanya Rasya, mereka menggeleng sebagai jawaban, kenapa jadi mereka yang terkena imbasnya, padahal kan mereka cuma menonton dan mendengarkannya saja.

"Oh iya Ka, kapan-kapan lo, ke rumah gue ya, banyak hal yang pengen gue tanya sama lo," jelasnya, Raka mengangguk mengiyakan. Raka senang, karena kehidupan sahabatnya ini sudah berubah menjadi lebih baik, jadi ia tidak perlu khawatir lagi, seperti dahulu. Tidak berhenti ia mengucap syukur, karena kembalinya Abay.

"Bay, gue mau tanya, pas Rasya pertama kali lihat lo gimana?" tanya Amel penasaran, Rasya menatap Amel tajam, apa maksudnya bertanya seperti itu? Apakah mereka ingin mengejek dirinya? Begitu? Abay menoleh menatap Rasya sebentar, kemudian menatap Amel.

"Gue yakin lo tau, ya seperti yang lo pikirin," ucapnya terkekeh. "Rasya nangis-nangis, Bay jangan tinggalin aku lagi, aku gak mau." Laki-laki itu menirukan suara dan gaya bicara Rasya persis seperti awal mereka bertemu, Rasya melotot tajam, bisa-bisanya, laki-laki ini berbicara seperti itu, dirinya kan menjadi malu, wajah Rasya memerah menahan malu.

"Hahaha." Tawa mereka pecah seketika, ternyata sifat Abay yang baru, cukup konyol menurut mereka, lihat saja ekspresinya saat menirukan semua itu. Bahkan Amel memegang perutnya yang sakit, karena terlalu banyak tertawa.

"Lo lucu juga ya, ternyata. Beda banget sama Abay yang dulu gue kenal," ungkap Amel, masih dengan sisa tawanya, ucapannya itu di angguki oleh mereka semua yang ada di meja itu.

"Tapi, gue lebih suka Abay yang dulu deh, kalem, tenang, lembut. Lah sekarang, bar-bar banget, gue aja kaget," jelas Rasya mereka kembali tertawa, sejujurnya mereka juga setuju dengan ucapan Rasya barusan.

"Sama-sama, bar-bar, gak usah saling menghina," ucapnya, mereka semua kembali tertawa, Renata menatap Abay dan Rasya.

"Kayanya kalian berdua, cocok jadi pelawak deh," ucapnya tertawa. Namun itu tidak bertahan lama, karena suara seseorang menghentikan tawa mereka.

BOY 2 : Hiraeth (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang