BOY 2 : 39. PERINGATAN TIGA TAHUN

163 7 0
                                    

***

Hari ini merupakan peringatan hari kematian Abay. Tanpa terasa tiga tahun telah berlalu, namun semuanya masih sama. Tidak ada yang berubah dengan dirinya, rasa itu masih sama seperti beberapa tahun lalu, bahkan lebih tumbuh subur daripada sebelumnya. Sejak semalam dirinya tidak bisa tidur, terus memikirkan kekasihnya, bahkan lingkaran hitam di bawah matanya semakin kuat. Untuk memperingati tiga tahun kematian Abay keluarga mereka mengadakan pengajian, tidak ada acara khusus sebenarnya, hanya acara untuk mengirimkan do'a sebagai peringatan kematian kekasihnya.

Seperti saat ini, perempuan itu sedang sibuk memberikan nasi kotak pada anak-anak panti asuhan. Rasya ingat, jika laki-laki itu sangat menyukai anak kecil maka, inilah inisiatifnya. Sebenarnya tidak hanya dirinya ada Nathan juga serta keluarga laki-laki itu sendiri. Setelah selesai membagikan itu semua, Rasya menoleh pada Nathan yang ada di sampingnya.

“Bang. Bang Nathan bisa handle ini kan? Rasya mau ke makam dulu,” jelasnya, laki-laki itu mengangguk dan mengacungkan satu jempol.

“Iya Sya,” ucap Nathan, Rasya pun mengangguk kemudian menoleh pada mereka semua, dan meminta izin untuk ke makam Abay duluan. Setelah mendapatkan persetujuan mereka, barulah perempuan itu pergi dengan, mengendarai mobilnya. Sebenarnya bukan itu saja alasannya, sedari tadi perempuan itu mencoba menahan matanya, agar tidak menangis. Sekaranglah saatnya, sejujurnya ia tidak kuat dengan ini semua.

Tanpa terasa, tiga tahun kepergian Abay, tetapi dirinya sama sekali tidak bisa melupakan atau bahkan mengikhlaskan laki-laki itu barang sedetik pun. Perasaan ini sangat menyiksanya, bukan fisik, tetapi batinnya. Harus dengan cara apalagi ia bisa mengikhlaskan laki-laki itu? Jika kalian pikir dirinya berusaha melupakan laki-laki itu, maka jawabannya salah. Dirinya tidak berniat untuk melupakan laki-laki itu, hanya saja dirinya ingin mengikhlaskan laki-laki itu, tetapi sangat sulit rasanya. Selama itu pula dirinya merasa menderita, tiga tahun belakangan, Rasya merasa hidupnya sangat suram, kosong, jika sampai detik ini dirinya masih bertahan, itu semua karena laki-laki itu.

Sesak, kesal, sedih, kecewa, semuanya bercampur menjadi satu dalam dirinya. Andai hari itu dirinya tidak mengajak laki-laki itu untuk bertemu dengannya, mungkin sampai sekarang laki-laki itu masih ada di sampingnya. Laki-laki itu pergi karena dirinya, Abay kecelakaan karena dirinya, semua itu salahnya. Mungkin keluarganya hanya tau, jika dirinya sering menangis hanya karena, dirinya merindukan laki-laki itu. Namun, di balik itu semua, ada satu hal yang mereka tidak ketahui. Dirinya menangis bukan hanya karena perasaan rindunya, tetapi juga rasa penyesalannya yang teramat. Setiap detik dirinya selalu di hantui rasa bersalah, karena laki-laki itu meninggal demi menyelamatkannya.

Sakit sekali rasanya, Rasya gagal menyadari semua perasaannya pada laki-laki itu. Setelah Abay pergi barulah dirinya merasa jika Abay sangat berarti baginya. Bahkan, jika laki-laki itu meminta nyawanya pun, akan Rasya berikan asal laki-laki itu baik-baik saja. Rasya tau, pertemuan dan perpisahan semua sudah di atur menurut skenario-Nya, tetapi tetap saja yang namanya sebuah perpisahan itu sangat menyakitkan, bagaimana pun cara perpisahannya, entah dengan tawa ataupun dengan air mata, seperti dirinya saat ini. Perempuan itu menghentikan mobilnya, untuk membeli bunga lengkap dengan air, setelahnya barulah perempuan itu melanjutkan perjalannya. Setelah beberapa menit barulah ia tiba di tempat tujuan.

Perempuan itu turun, dengan kerudung menutupi kepala, serta baju panjangnya yang berwarna putih. Rasya membuka kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, menatap lamat keadaan sekitar. Sepi, sunyi, itulah yang ia rasakan. Dengan langkah pelan, perempuan itu menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya ia tiba di depan sebuah gundukan tanah. Tempat yang menjadi kediaman kekasihnya selama tiga tahun, terakhir. Perempuan itu meluruh terduduk di sana, mengabaikan jika baju putihnya akan kotor. Perempuan itu masih diam, tidak mengatakan sepatah katapun.

BOY 2 : Hiraeth (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang