***
Rasya melangkah di koridor kampus, dirinya hanya sendirian. Tidak ada Amel, Renata atau bahkan Abay. Perempuan itu hanya berangkat sendiri, sebenarnya tadi bisa saja jika dirinya berangkat bersama Abay, tetapi tampaknya laki-laki itu hanya ada kelas siang nanti, jadi kasian kan jika laki-laki itu harus menunggu lama di sini. Perempuan itu tetap melangkah mengabaikan tatapan-tatapan dari orang-orang yang ada di sana. Namun, tidak berapa lama, langkahnya terhenti karena seseorang menghadang jalannya. Kalian pasti tau siapa bukan?
"Sya, gue mau ngomong sama lo." Laki-laki itu menarik tangan Rasya, namun dengan cepat perempuan itu melepaskannya. Rasya menatap Satria dingin.
"Ngomong di sini, atau enggak sama sekali," ancam Rasya, akhirnya laki-laki itupun menurut, dan berdiri di hadapan Rasya. Dari kejauhan, Amel, Renata dan Raka, datang bersamaan. Mereka dengan cepat melangkah, mendekati Rasya. Takut, laki-laki itu akan berbuat yang macam-macam pada perempuan itu.
"Sya, gue mohon. Terima gue jadi cowok lo, gue gak masalah kalau gue harus jadi yang kedua. Tapi, tolong terima gue Sya," ucap Satria memelas, sebenarnya Rasya kasian melihat wajah laki-laki itu. Tetapi, ia tidak bisa menduakan Abay, dirinya sangat menyayangi laki-laki itu. Rasya bisa kehilangan apa saja, asalkan jangan laki-laki itu. Jika dirinya menerima Satria, itu sama saja dirinya menghianati Abay, walaupun pada kenyataannya dirinya tidak memiliki rasa apapun pada Satria. Sementara Amel, Raka, dan Renata, berdiri tidak jauh dari mereka, pembicaraan mereka pun, bisa mereka dengarkan dengan jelas. Mereka akan terus mengawasi Satria, takut laki-laki itu akan melukai Rasya.
"Maaf, Satria, gue gak bisa. Gue gak mungkin terima lo, karena di hati gue udah ada orang lain. Itu sama aja, bohong Sat. Gue yakin, lo bisa dapetin cewek yang lebih baik daripada gue," tolak Rasya, kata-kata yang perempuan itu ucapkan sopan, tidak ada bentakan atau apapun. Tetapi, tetap saja hal itu menyakitkan bagi Satria, laki-laki itu menggeleng.
"Sya, putusin Abay dan jadian sama gue, gue bisa kasih apapun yang lo mau Sya," ucap Satria lagi, Rasya menggeleng apakah Satria pikir, dirinya menginginkan harta Abay? Begitu? Jika memang benar begitu, harusnya dari dulu dirinya memutuskan Abay bukan? Namun, pada kenyataannya Rasya menyayangi Abay tulus, tanpa embel-embel apapun, tidak memandang Abay, apa dan siapa.
"Maaf, Satria. Tanpa lo pun, gue bisa membeli apapun yang gue mau. Gue bisa kehilangan apa aja, tapi gue gak bisa kalau kehilangan Abay, Sat." Rasya hendak berlalu dari sana, tetapi Satria mendorongnya kuat, Devan yang baru saja datang dan melihat itu semua, dengan cepat menahan Rasya agar tidak jatuh, hingga posisi mereka seperti berpelukan. Amel, Raka, dan Renata yang melihat itu semua dengan cepat menghampiri Rasya.
Devan menyembunyikan perempuan itu di belakang tubuhnya, masih memegang tangan Rasya. Sementara Amel, Raka dan Renata ada di samping mereka. "Lo tuli. Harus berapa kali gue peringatkan. Jangan ganggu, Rasya. Lo gak bisa dengar itu?" tanya Devan sarkas.
"Mau jadi pahlawan lo? Ingat Dev, lo lebih bejat daripada gue." Satria terkekeh, namun tidak bertahan lama, karena satu bogeman mentah Devan layangkan pada laki-laki itu, hingga sudut bibirnya berdarah.
"Seenggaknya, gue gak kaya lo Sat. Ngemis-ngemis, lo gak malu ngejar cewek yang udah punya cowok?" tanya Devan, mencengkram kuat kerah leher Satria, laki-laki itu tertawa melihat Devan yang marah.
"Udahlah, Dev. Gak usah pura-pura, gue tau lo masih suka sama Rasya. Tapi, lo gak enak sama Abay kan?" tanya Satria, lagi Devan melayangkan bogemannya pada wajah Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY 2 : Hiraeth (Selesai)
FantasyJangan lupa follow sebelum baca || A story fantasi by sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries5 | Sequel Because of You Kehilangan Abay di masalalu membuat batin Rasya terguncang, hingga suatu hari Rasya mengalami kecelakaan. Namun, apa jadinya saat Rasya te...