***
“Bang Nathan,” panggilnya pelan hampir seperti bisikan, Nathan menghembuskan nafas lega, kala mendengar suara lemah Rasya, laki-laki itu mendekati Rasya, satu bulir cairan bening meluncur bebas di pipi mulusnya.
“I-ini, Abang, Sya. Abang di sini,” ucap Nathan dengan suara bergetar, laki-laki itu menangis, perempuan itu mengerjap beberapa kali, merasakan kepala dan seluruh tubuhnya yang sangat sakit.
“Bang, keluarga sama sahabat Rasya ada di sini?” tanyanya pelan, dengan suara lemah Nathan mengangguk mengiyakan. Nafas laki-laki itu tercekat kala melihat keadaan adiknya yang seperti ini.
“Kamu mau ketemu mereka semua?” tanya Nathan dengan suara bergetar, perempuan itu mengerjap sebagai, jawaban. Nathan pun mengerti itu, dengan langkah cepat laki-laki itu keluar dari ruangan Rasya dengan wajahnya yang muram. Laki-laki itu menatap mereka semua yang ada di sana.
“Rasya mau ketemu kalian semua, kalian semua bisa masuk. Tapi, tolong jangan ribut,” ucap Nathan, setelahnya laki-laki itu kembali masuk ke ruangan Rasya di ikuti oleh mereka semua yang tadi ada di luar, mereka semua menatap sedih keadaan Rasya yang di penuhi dengan alat-alat medis, serta sebagian tubuhnya yang di perban. Perempuan itu menyapu sekitar, semuanya ada berkumpul di sana. Perempuan itu menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan. Kemudian menatap kedua orang tuanya yang ada di sana.
“Ma, Pa,” panggilnya pelan, tapi masih bisa di dengar oleh mereka semua. Bagas dan Miranda berdiri di samping brankar Putri mereka. Miranda menutup mulutnya dengan tangan menahan isakannya agar tidak keluar.
“Mama, di sini, Rasya,” ucap Miranda dengan suara bergetar, menahan tangis. Rasya menatapnya lamat, kemudian menatap Ayahnya yang ada di sampingnya.
“Ma, Pa. Makasih karena selama ini, Mama sama Papa sudah menjaga R-Rasya dengan baik. R-Rasya senang punya kedua orang tua yang sayang sama Rasya seperti kalian berdua. M-maaf kalau selama ini, Rasya sering membuat kalian repot dan khawatir.” Perempuan itu menjeda ucapannya sebentar. “M-maaf, Ma, Pa, s-selama ini Rasya belum bisa menjadi Putri yang baik, buat Mama, sama Papa. M-maaf, karena Rasya belum bisa buat Mama dan Papa, bangga dan bahagia karena Rasya. Rasya sayang sama Mama sama Papa,” ucap perempuan itu, satu bulir cairan bening meluncur bebas membasahi pelipisnya. Bagas menggeleng pelan, menyentuh tangan Putrinya.
“Rasya, Papa sama Mama, juga minta maaf sama kamu, karena Mama, sama Papa selalu gak ada di saat kamu butuh. Kamu jangan minta maaf dan berterima kasih sama kami, Nak. Karena harusnya, kami yang berterima kasih karena sudah di kirimkan, Putri cantik dan kuat seperti kamu, Nak. Papa sama Mama, bangga punya Putri hebat seperti kamu,” ucap Bagas bergetar menahan tangis, Rasya mengerjap sebagai jawaban.
“R-Rasya mau peluk Mama, sama Papa,” ucapnya pelan, kemudian Bagas dan Miranda, memeluk Rasya, hingga posisi perempuan itu di tengah-tengah, perempuan itu menangis, meskipun tidak mengeluarkan suara. Cukup lama sampai Bagas dan Miranda melepaskan pelukan mereka. Setelahnya, Rasya menatap Nathan meminta laki-laki itu untuk mendekat, Bagas dan Miranda mundur, memberikan kesempatan pada Nathan.
“Bang Nathan,” panggil Rasya pelan, saat melihat laki-laki itu sudah ada di sisinya, dengan tangan lemahnya, perempuan itu menggenggam tangan Nathan.
“A-Abang di sini, Sya.” Laki-laki itu membalas genggaman tangan Rasya. Hatinya sangat sakit, melihat Adiknya yang seperti ini, bahkan sedari tadi laki-laki itu sudah menangis. Satu bulir cairan bening, membasahi pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY 2 : Hiraeth (Selesai)
FantasíaJangan lupa follow sebelum baca || A story fantasi by sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries5 | Sequel Because of You Kehilangan Abay di masalalu membuat batin Rasya terguncang, hingga suatu hari Rasya mengalami kecelakaan. Namun, apa jadinya saat Rasya te...