BOY 2 : 37. PULANG 2

132 5 2
                                    

***

Seorang perempuan sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit, setelah kejadian tadi perempuan itu di larikan ke rumah sakit. Matanya mengerjap pelan, menyesuaikan retinanya dengan cahaya. Ia merasakan sakit yang teramat di kepalanya, perlahan tapi pasti matanya mulai terbuka sempurna, namun ia masih belum bisa melihat dengan jelas, karena pandangannya buram. Setelah mengerjap beberapa kali, barulah ia bisa melihat lebih baik.

“Abay,” panggilnya lemah dengan bibir pucatnya, mereka yang ada di sana menoleh ke arah perempuan itu, Amel yang ada di sampingnya terbangun, karena mendengar suara Rasya, karena sejujurnya ia tidak tidur.

“Rasya lo udah sadar?” tanya Amel, memegang tangan perempuan itu, Rasya menoleh mendapati Amel di sampingnya lalu menyapu sekitar, ada keluarganya juga ada sahabatnya, termasuk Raka dan Devan.

“Abay mana? Tolong jangan batalin acaranya,” ucapnya pelan, tapi masih mampu di dengar oleh mereka semua, Amel menatap mereka yang ada di sana dengan tanda tanya, Abay? Acara? Amel benar-benar tidak mengerti itu.

“Acara apa Sya?” tanya Amel lagi penasaran, sebenarnya mereka pun, sama. Kemudian Devan melangkah mendekati perempuan itu, berdiri di samping Amel yang sedang duduk. Sedari tadi mata perempuan itu terus mengeluarkan cairan bening, dengan setia dan telaten Amel mengusapnya.

“Acara pertunangan gue sama Abay,” jawabnya pelan, satu alis Amel terangkat, perempuan itu menatap mereka semua yang ada di sana, satu persatu mencari jawaban tetapi mereka hanya menggeleng. Pertunangan? Abay?

“Maksud lo, lo sama Abay tunangan?” tanya Amel lagi memastikan, perempuan itu mengangguk lemah, jujur saja ia merasakan seluruh tubuhnya sangat sakit dan terasa remuk, padahal tadi seingatnya, dirinya hanya terbentur ranjang, lalu mengapa seluruh tubuhnya bisa sakit seperti ini. Amel menatap mereka semua yang ada di sana, bagaimana cara mengatakannya. Perempuan itu berusaha untuk bangun, namun di tahan oleh Amel, perempuan itu menaikkan bantal brankarnya agar Rasya bisa lebih leluasa.

“Sya ... Abay udah meninggal Sya,” ucapnya pelan, takut menyinggung perasaan perempuan itu, Rasya menoleh pada Amel, apa maksudnya? Abay nya masih hidup.

“Abay masih hidup, tadi gue ketemu sama Abay, Mel. Kita mau tunangan, lo lupa?” tanyanya lemah, namun masih bisa di dengar oleh mereka semua, Amel diam beberapa saat, perempuan itu mengusap sudut matanya yang berair, ia sakit melihat Rasya yang seperti ini.

“Sya ... Lo baru sadar setelah tidur 12 jam, dan Abay udah meninggal dua tahun lalu Sya,” jelas Amel mengusap air matanya kasar, Rasya masih diam, kemudian perempuan itu menatap Devan yang ada di sampingnya.

“Dev, Abay masih hidup kan? Gue baru aja ketemu Abay tadi,” ucap Rasya pelan, menatap Devan, laki-laki itu diam sejenak, kemudian menggeleng pelan.

“Abay, udah meninggal dua tahun lalu Sya, dan lo baru bangun dari tidur setelah 12 jam. Lo kecelakaan Sya, saat lo pulang dari supermarket lo di tabrak lari, syukurnya gak ada luka yang serius sama lo,” jelas Devan, perempuan itu diam sesaat kemudian menatap Nathan yang tidak jauh dari sana.

“Bang Nathan, A-Abay masih hidup kan? Bang Nathan sendiri yang bilang, kalau Abay masih hidup?” tanyanya lemah, Nathan menghampiri Rasya dan berdiri di sampingnya, laki-laki itu menatap Rasya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Sya, apa yang Amel dan Devan katakan benar, Abay udah meninggal dua tahun lalu, Abang sendiri yang menyaksikannya Sya, bahkan kamu juga. Kamu gak ingat?” tanya Nathan hati-hati perempuan itu diam dengan tatapan kosong, kemudian perempuan itu merasakan, pelipisnya yang dingin, perlahan ia mengusapnya pelan.

“R-Rasya mimpi?” tanyanya pelan, mereka semua mengangguk mengiyakan, Amel menggenggam tangan Rasya guna untuk membuatnya sedikit tenang, dan mengusapnya pelan.

BOY 2 : Hiraeth (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang