23

534 68 8
                                    

Win sempat kaget sepersekian detik namun Win hanya mampu memejamkan matanya, Bright melepaskan ciumannya lalu kembali duduk di kursinya. Ada rasa canggung diantara mereka setelah kejadian beberapa detik itu, mereka saling memalingkan wajah kearah lain. Anehnya Bright tidak melakukan hal lain lagi padahal biasanya ia akan melakukan apapun sesukanya tanpa rasa canggung, namun ia merasa canggung pada Win.

"Mengapa kau melakukan itu Phi?" Win pada akhirnya

"Karena kau terlalu banyak bicara, kau perlu lebih banyak istirahat gunakan tenagamu seperlunya" Bright

"Kenapa kau tak pulang dan beristirahat Phi?" Win

"Ini sudah malam" Bright

"Lalu bagaimana kau akan tidur?" Win

"Aku bisa tidur sambil duduk" Bright lalu melipat tangannya di kasur lalu menyandarkan kepalanya

"Kau tak akan nyaman tidur seperti ini" Win

"Lalu cepatlah sembuh! Aku rindu kasur empuk ku!" Bright

Win memiringkan wajahnya heran

"Jangan bilang Phi tidur di sini setiap malam?" Win

Namun Bright tak menjawab ia memejamkan matanya lekas tidur. Win yang melihat hal itu merasa kasihan tapi hati kecilnya ia bahagia

"Apakah kau benar benar mengkhawatirkanku Phi?, mengapa sikapmu selalu penuh dengan teka teki? Aku selalu tak tahu apa maksud dibalik sikapmu. Tapi terimakasih aku merasa senang karena aku selalu melihatmu dari duniaku" Win perlahan mengangkat tangannya yang di infuse itu meraih surai hitam milik Bright dan mengusapnya lembut.

.

.

Setelah seminggu di rumah sakit akhirnya Win sudah di perbolehkan pulang, kini ia sedang beristirahat di kamar Bright. Bright yang hendak masuk kamar tertahan oleh Alex

"Tuan Bright" Alex sambil menahan tangan Bright, sedangkan yang di panggil hanya menengok

"Aku ingin bicara" Alex

"Bicara saja disini" Bright

"Ini tentang ibu Win" Alex

Wajah Bright berubah ke mode serius

"Bicaralah" Bright

"Keuangan mereka sangat kacau tuan, bahkan untuk membayar obat dari rumah sakitpun mereka tak mampu. Setelah peralihan kuasa tanah, datang dua orang rentenir untuk menagih hutang yang lainnya mereka mengacak acak rumah Win lalu mengambil barang yang bisa di jual. Namun hutang mereka masih belum terbayar sepenuhnya karena sumber penghasilan mereka sudah kita ambil alih tuan" Alex

Bright tersentak hatinya, ia mulai panic

"Lalu bagaimana keadaan ibu Win?" Bright

"Walau sudah operasi namun ternyata tak ada perubahan" Alex

(Brakkkk) Win hendak ke toilet namun ia tak sengaja mendengar percakapan Alex dan Bright ia tak kuasa mendengar kata "ibu Win" dan mendengar "obat", walau ia tak tahu apa yang terjadi pada ibunya namun ia dapat memastikan bahwa ibunya sedang tidak baik baik saja. Badannya lemas ia kehilangan kendali dan hampir jatuh namun ia berpegangan pada buku yang ada pada rak hingga mereka berjatuhan. Bright yang mendengar suara itu langsung menghampiri kearah suara, ia kaget melihat Win yang berdiri sempoyongan disana. Win menatap Bright dengan marah

"Kau benar benar serakah!" wajah dan mata Win sama merahnya

"Itu tak seperti yang kau dengar" Bright

"Apa yang aku dengar? Kau sudah berjanji takan berurusan dengan ibuku lalu kenapa kau juga menyiksanya? ! kau mengambil tanah satu satunya sumber uang ibuku! Apa tak cukup hanya dengan menyiksaku? ! !" air mata Win mulai berloma lomba keluar

"Cukup! Dengarkan aku!" Bright juga ikut terpancing emosi

"Selama ini aku selalu menuruti perintahmu pernahkah aku membangkang? Bahkan aku menuruti perintahmu untuk mempertaruhkan nyawaku demi adik tercintamu! Tapi kenapa kau tak memenuhi satu janjimu saja? ! !" Win

Bright menghampiri Win, namun Win menghindarinya

"Jika terjadi sesuatu pada ibuku aku takan pernah memaafkanmu! ! !" Win sambil menunjuk nunjuk Bright dengan telunjuknya.

Bright mulai hilang kesabaran karena Win tak mendengarkannya ia meraih pergelangan tangan Win lalu mencengkram wajah Win dengan kuatnya, rahang Bright mulai mengeras bahkan urat urat di wajahnya sangat terlihat jelas

"Sudah kubilang aku tak suka di bentak! ! !" Bright

Alex yang melihat hal itu berusaha menenangkan Bright untuk tidak melakukan apa apa pada Win

"Tuan tenanglah" Alex berusaha melepaskan tangan Bright yang mencengkram wajah Win hingga memerah

"Jangan ikut campur! ! ! keluar! !" Bright dengan nada berteriak pada Alex

"Tuan" Alex dengan wajah memohon, namun Bright benar benar sedang marah

"Aku bilang keluar! !" Bright

Alex dengan berat hati keluar kamar meninggalkan mereka, namun karena khawatir pada Win Alex menunggu mereka diluar dekat pintu.

Bright memandang Win dengan tatapan marah, sedangkan yang di pandangi hanya pasrah dan kesakitan Win masih belum pulih sepenuhnya bahkan bekas luka di lehernya masih terasa sakit.

"Kau brengsek!" Win berusaha bicara walau pipinya tertahan tangan Bright

Amarah Bright sepertinya sudah di ujung tanduk ia benar benar tak tahan dengan kata kata tak enak yang di lontarkan Win, ia mendorong Win hingga punggungnya terbentur pada rak buku, seketika Win ambruk di lantai disusul buku buku yang berjatuhan mengenai kepala dan badan Win. Belum saja luka luka Win sembuh sudah ada luka baru di kepala dan di wajahnya. Win memegang kepalanya yang terasa pusing setelah tertimpa buku buku tebal, Bright menghampiri Win lalu berjongkok sejajar dengan badan Win.

"Aku brengsek? Hah apa aku brengsek?" Bright mengangkat dagu Win dengan telunjuknya

"Bukan hanya brengsek kau jahat! Kau kejam! Tak punya hati! Kau.." Sumpah serapah Win terhenti karena satu tamparan mendarat di pipinya

"Maksudmu seperti itu?" Bright membalikan wajah Win kembali menghadapnya, déjà vu Win melihat kembali semirk jahat Bright yang sudah tak ia lihat selama dua bulan kebelakang itu.

"Aku hanya minta untuk jangan menyentuh ibuku, jangan berurusan dengan ibuku. Hanya itu saja, tapi kau tak bisa memenuhi itu bahkan kau mengambil alih penghasilan ibuku" Win dengan wajah memelasnya

"Aku punya alasan untuk itu!" Bright

"Apa? Hah Lyn? Kau menukar kehidupan ibuku untuk Lyn? Tak cukup nyawaku kau menukar ibuku juga?" ekspresi Win membuat Bright sangat muak

"Bisakah kau mendengarkanku dulu! !" Bright sambil berteriak

"Apa yang harus aku dengarkan?" Win

"Zhen menginginkan Tanah bagian selatan keluargamu, aku setuju untuk membantu Zhen mengambil alih agar Zhen melepaskanmu! Kalau aku tak melakukan itu kau akan mati saat itu!" Bright

"Ohhh benarkah? Bukankah menyenangkan bagimu jika melihat keluargaku hancur? Bukankah itu tujuanmu? Hah?" Win

Bright sangat marah karena Win tak mempercayainya, ia menarik tangan Win lalu menyeretnya ke tempat dimana Win biasa di borgol. Bright gelap mata ia tak peduli leher Win masih berdarah dan Win meringis kesakitan beberapa kali ia tetap mengabil borgol lalu memasangkannya pada leher Win lalu Bright keluar kamar meninggalkan Win. Tinggalah Win yang meringkuk kesakitan memegangi borgol di lehernya agar tak bergesekan dengan lukanya ia menangis terisak menahan sakit hatinya dan sakit di seluruh tubuhnya.

Sorry for the late update karena author lagi sibuk sama laporan dan persiapan sidang, mohon doanya ya semuanya biar author di beri kelancaran jadi author gak telat update lagiiii...

Bantu Vote sama komen ya! Happy Reading all><

One Paid Two || BrightWin || BWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang