13

453 58 1
                                    

(BRAKKK) Bright masuk lalu membanting pintu kamar, (Prangggg) barang barang di nakas menjadi sasaran

kemarahan Bright. Win yang menyaksikan di pojok kamar bergetar hebat, ia tidak tahu penyebab bright uring uringan seperti itu

"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh"

Bright berteriak sambil menjambak rambutnya kasar, wajahnya memerah tangisnya

tumpah.

Win berjalan pelan mendekati Bright ia ingin mencoba menenangkan tuannya itu

"P'Bright kenapa? Tenanglah Phi" Win meraih punggung Bright dan mengusap usapnya lembut

"Tidak apa apa Phi, tidak apa apa" Win sebenarnya tak tahu masalah Bright, namun ia berusaha

menenangkannya. Namun tangis Bright semakin keras ia meremas wajahnya kasar

sambil menunduk di lantai

"Mengapa hidupku

seperti ini?! ! KENAPA! ! !??" Bright berteriak di tengah tengah

tangisannya. Win hendak memeluk Bright namun Bright menatap wajah Win dengan

tajam sambil terisak, Win heran mengapa Bright menatapnya seperti itu

"Kau pun sama! Kau membuat hidupku hancur! !" Win

semakin bingung, ia tak tahu salahnya dimana? Mungkin maksud Bright adalah ayah

Win.

"Apa yang aku lakukan padamu Phi?" Win bertanya dengan

polosnya

Bright berdiri meraih leher Win dengan kedua tangannya,

Win diseret ke dinding lalu ditahannya oleh Bright. Wajah Win merah bukan main

Bright mencekiknya dengan sekuat tenaga namun seperti biasa tidak ada

perlawanan dari Win, bahkan Win tidak memukul Bright untuk minta di lepaskan ia

hanya memegang pergelangan tangan Bright tanpa tenaga.

"Uhukk uhukk a..da

ap...a Phi..?" Win berusaha bicara

"Semua orang di dunia ini tidak bisa di percaya! ! !...kau

tahu?? Si brengsek(ayahnya) itu bilang dia tidak membunuh ibuku! !! apa itu

masuk akal? Hah?" Win benar benar tidak tahu apa yang Bright katakan, yang ia

tahu ini adalah akhir dari hidupnya karena Bright semakin mengeratkan tangannya

pada leher Win

"Mung..kin..d..dia a..d.a bb..erkata j.jujur" Win. Bright

memelotoi Win dan perlahan melepaskan tangannya pada leher Win, (Uhukk uhukk)

mata Win dipenuhi air mata ia memegang lehernya sambil mengambil oksigen dengan

rakusnya. Bright mengusap wajah Win dengan punggung tangannya, kini ekspresinya

lebih menyeramkan dari saat Bright menyekiknya tadi. Bright mulai menapar

nampar kecil pipi Win

"Kau tahu apa hah?? Kau juga sama seperti mereka! hah!

! apa kau bilang ibuku bunuh diri juga!?" (PLAKK) tamparan kuat mendarat di

pipi Win, Win mundur sedangkan Bright semakin maju mendekati Win. (PLAKKK) satu

tamparan lagi membuat ujung bibir Win sobek

"Ada apa Phi? Apa salahku kali ini?" Wajah Win begitu

memelas, ujung mata Bright mulai berair lagi namun bibirnya tetap rapat dengan

wajah datar

(PLAKK PLAKK PLAKK) tamparan beruntun di terima Win

"Phi Bright tenanglah Phi" Win menutup matanya bersiap

menerima tamparan tamparan dari Bright lagi, air mata Bright mulai turun lagi

ia menggigit bibir dalamnya menahan amarah mengangkat tangannya sejajar dengan

telinga dan di kepalkan seperti bersiap untuk menonjok sesuatu sedangkan satu

tangannya menahan bahu Win. Tangan kanan Win perlahan meraih tangan Bright yang

berada dipundaknya dengan lembut sedangkan tangan kirinya mengerat pada

dinding, matanya sudah tertutup sejak tadi sudah siap menerima aksi Bright

selanjutnya

(BUGHH BUGHH) Bright menghantamkan tangannya pada

tembok, Win terkaget ia membuka matanya dan berusaha memegangi tangan Bright

agar Bright berhenti menyiksa dirinya sendiri

"Tenanglah Phi...tenang!" Win melebarkan telapak

tangannya pada dinding yang Bright pukul terus menerus (Bugh Bugh) dengan dua

kali pukulan punggung tangan Win berhasil berdarah dan berceceran di dinding

"Phi kumohon jangan sakiti diri sendiri!" Win

Bright kembali ambruk ke lantai dan menangis histeris

lagi, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Win merangkul Bright

lalu memeluknya, anehnya Brightpun tidak berontak ia malah meletakan kepalanya

di ceruk leher Win dan melanjutkan tangisannya

"Menangislah Phii jika itu membuatmu tenang" Win

mengusap punggung Bright sedangkan darah dari tangan Win terus menetes di

punggung Bright.

"Mengapa duniaku seperti ini hikss?" seorang Bright

yang kejam kini terlihat seperti bayi yang merengek pada ibunya

"Terkadang obat yang paling ampuh adalah menerima

kenyataan walau apapun itu" Win

Pendek pendek aja ya kalo suka boleh di Like kalo

gasuka gapapa gausah.. Khop khun kha><

One Paid Two || BrightWin || BWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang