Suara gebrakan keras terdengar sangat kencang ditelinga mereka berdua. Mereka terkejut saat mendapatkan segerombolan orang dengan wajah seram yang memasuki ruangan tersebut.
"Ren, itu mantan pegawai lo?" Tanya Elena sambil berlindung dibelakang Rendy. Rendy tidak menjawab, ia hanya menatap segerombolan orang itu dengan tatapan marah.
"Udah gue bilang, jangan pernah datang ke tempat ini! Tempat ini bukan milik atasan lo semua!" Ucap Rendy dengan nada tinggi.
Segerombolan itu mulai mengacak-acak barang yang ada ditempat tersebut. Mereka membuat Rendy semakin marah.
"Ren..." Lirih Elena ketakutan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa berlindung dibelakang Rendy.
"Ambil barang yang menurut lo sakit buat ngabisin orang. Berbahan batu atau besi." Ucap Rendy. Setelah itu, Rendy mulai menghabisi segerombolan orang berwajah seram.
"Barang yang sakit untuk menghabisi orang. Berbahan batu atau besi." Gumam Elena yang mengelilingi ruangan jauh dari tempat perselisihan. Elena memilih barang yang tepat untuk menghabisi orang-orang jahat tersebut.
Elena mengambil ulekan yang Rendy perkenalkan tadi. Lalu Elena mencoba memukulkan ulekan tersebut pada tangannya, cukup sakit. Elena segera menghampiri Rendy dan bersiap menghajar penjahat tersebut dengan penuh keberanian.
Rendy membisikan sesuatu pada Elena. "Pukul sekencang mungkin dibagian leher, pakai ujung ulekan itu." Ucap Rendy, lalu menghajar seseorang yang maju dihadapannya.
Elena hanya terdiam sambil melihat ulekan tersebut. Ia terus mundur dan mundur, ia tidak yakin bisa melakukan nya. Namun, ia tidak tega jika melihat Rendy bertindak sendirian. Elena harus menolongnya.
Elena melihat beberapa cara menyerang seseorang yang ditunjukan oleh Rendy. Elena menghembuskan nafasnya kasar dan mulai maju. Namun, ada seseorang yang tiba-tiba menghampirinya dan berdiri dihadapannya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat itu, tubuh pria yang ada dihadapannya cukup tinggi. Elena sulit untuk memukul leher pria tersebut.
"Hai neng cantik." Goda pria itu. Elena memasang wajah jijik. Ia melihat pria itu dari bawah ke atas. Lalu ia tersenyum sinis mematikan.
Elena menendang kemaluan pria tersebut dengan sangat kencang. Saat pria itu terjatuh, ia mengambil kesempatan untuk memukul leher pria itu. Dan pada akhirnya pria tersebut tidak sadarkan diri.
"Yeah. Berhasil satu korban." Ucap Elena dengan senangnya.
"Gila, peralatan dapur bisa buat gue jadi jagoan." Ucapnya ditengah-tengah perkelahian.
"Elena! Hati-hati!" Teriak Rendy khawatir.
"Aman, gue punya jimat penyelamat." Balas Elena.
Elena membaca gerakan musuh, ia mulai merancang gerakan yang akan ia lakukan dan mulai menghabisi segerombolan pria yang menyeramkan.
Dua musuh telah ia hadapi hingga tidak sadarkan diri. Sesekali ia melihat ulekan itu dan tersenyum. Ia tidak salah memilih barang, ia bangga pada ulekan ini.
"Baru tiga. Gue harus musnahkan para titan dihadapan gue ini." Ucap Elena.
Elena melanjutkan misinya. Ia terus maju dan maju. Ia menganggapnya seperti bermain dan akting di sebuah film. Seru, itu yang ia katakan dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGREOS [Tamat]
Teen FictionNigreos, sebuah geng motor yang terkenal. Geng motor tersebut, sebelumnya di nilai tidak baik oleh orang-orang sekitar. Namun, setelah berganti ketua, geng motor tersebut menjadi geng yang terkenal akan kebaikannya. Meskipun, terkadang Nigreos mengi...