Elena berdiri dirooftop untuk mencari seseorang. Elena mengedarkan pandangannya sambil berjalan. Namun, tidak terlihat orang yang ia cari. Elena duduk diatas rooftop sambil menikmati angin sore hari.
Helaian rambut Elena tertiup angin dengan lembut. Elena tersenyum manis sambil melihat terangnya awan sore hari. Ia membayangkan sesuatu yang membuatnya bahagia.
"Dor." Seketika khayalan indahnya pudar karena suara yang membuatnya terkejut. Elena melihat ke belakangnya. Dan,
"Farel. Lo ganggu ketenangan gue aja sih." Kesal Elena sambil memukul tangan Farel.
"Ngapain lo disini?" Tanya Farel sambil duduk disamping Elena.
"Ngelamun. Lo ngapain kesini?"
"Orang ini tempat biasanya gue diam. Tempat anak Nigreos kumpul juga." Balas Farel.
Elena terdiam. Ia melanjutkan khayalannya yang begitu indah. Elena tersenyum manis sambil melihat lurus kedepan.
"Gila nih anak." Celetuk Farel merasa heran melihat Elena yang tersenyum seorang diri sedari tadi.
"Lo kalau mau disini, diam! Biarkan gue mengkhayal. Jangan ganggu."
"Kalau khayalan lo gak tercapai, nanti lo gila." Balas Farel. Elena menatap Farel sinis. Lalu ia kembali menghadap ke depan dan mulai tersenyum-senyum kembali.
Farel membiarkan Elena asik dalam khayalannya. Ia juga akan merenung memikirkan sesuatu yang janggal pada dirinya.
Farel menatap Elena beberapa saat. Senyuman itu sangat manis, dan entah kenapa, jantung Farel berdegup cepat. Farel mengatur nafasnya dan menenangkan dirinya. Namun, setiap kali ia melihat senyuman itu, jantungnya berdegup cepat.
"Rel, kayaknya bener deh." Ucap Elena lembut dan tersenyum, tatapannya masih lurus kedepan.
"Bener apa?"
"Lo pernah gak ngerasain jatuh cinta?" Tanya Elena.
"Nggak." Jawab Farel.
"Seriusan? Lo gak pernah jatuh cinta? Lo normal kan?" Ucap Elena menatap Farel serius.
"Iya gue belum pernah. Tapi kayaknya, saat ini gue lagi ada di fase itu." Balas Farel.
"Telat gede lo."
"Emang lo gak pernah jatuh cinta?" Tanya Farel.
"Gue gak tau, entah itu jatuh cinta, atau apalah itu. Tapi gue pernah menyukai seseorang. Setiap kali gue suka sama orang, gue anggap cuman main-main, gue-"
"Tukang mainin perasaan orang ya lo?" Potong Farel.
"Bukan gitu. Lagian gue belum selesai ngomong, lo nyeletuk gitu aja." Kesal Elena.
"Yaudah, lanjut."
"Iya, gue anggap gue suka sama orang itu cuman sebagai penyamangat aja." Lanjut Elena.
"Gue gak tau, perasaan ini cinta, atau cuma suka biasa." Ucap Farel.
"Lo lagi suka sama seseorang?" Tanya Elena, Farel mengangguk. .
"Sama, gue juga begitu Rel, gue masih bingung sama perasaan gue sendiri." Balas Elena.
"Lo pernah pacaran?" Tanya Farel.
"Nggak, gue gak tau pacaran itu ngapain aja." Jawab Elena.
"Lo sendiri, pernah pacaran?" Tanya Elena. Dengan cepat Farel menggeleng.
"Boro-boro pacaran. Gue aja baru suka cewek sekarang." Elena terkejut mendengar jawaban Farel.
"Hah? Lo suka cowok?" Tanya Elena.
"Nggak gitu, gila. Maksud gue, seumur hidup gue gak mikirin soal begituan. Berteman sama cewek pun biasa aja, gak ada yang lebih."
"Lo kapan mengenal cinta?" Tanya Farel.
"Akhir SMP. Dan itu katanya cinta monyet."
"Cinta monyet? Monyet bercinta?" Tanya Farel. Elena tertawa.
"Cinta monyet itu gelar untuk anak SMP yang lagi bercinta. Kan kalau waktu SD disebut cinta kera, SMP cinta monyet, dan sekarang SMA cinta gorila."
"Oh gitu." Elena tertawa renyah mendengar jawaban Farel yang seolah mengerti padahal sedang kebingungan.
"Percaya aja lagi lo, Rel." Ucap Elena yang
masih tertawa."Kenapa permonyetan sih?" Tanya Farel. Elena tertawa lagi.
"Tanya Bintang deh." Balas Elena yang masih tertawa.
"Ngarang lo. Mana ada cinta berbagai jenis monyet. Lo kira gue monyet." Elena tertawa lagi.
"Kayaknya lo harus hati-hati deh." Ucap Elena berhenti dari ketawanya.
"Kenapa?"
"Kalau ada om-om ngasih permen, jangan mau. Nanti diculik." Ucap Elena tertawa.
"Ngaco. Mana ada om-om mau sama orang yang bentar lagi bakal jadi om-om." Balas Farel tertawa, Elena yang sedari tadi tertawa pun dibuat semakin tertawa.
Mereka asik dalam tawanya, dan suatu ketika mata mereka bertemu. Farel menatap mata Elena sengan sangat dalam, ia melihat keindahan dalam matanya. Sedikit-sedikit tawanya terhenti, ia mengubahnya menjadi sebuah senyuman yang manis.
Plak
"Lucu deh lo." Ucap Elena sambil memukul tangan Farel.
"Kenapa sih cewek kalau ketawa nyiksa orang? Main geplak-geplak aja lo." Ucap Farel.
"Kelepasan." Balas Elena terkekeh.
Beberapa orang melangkahkan kakinya, dan terkejut saat melihat Farel dan Elena sedang tertawa ria. Mereka berjalan menghampiri mereka berdua.
"Oh ini yang lagi berduaan. Gue cari kemana-mana ternyata lagi asik-asikan disini." Ucap seseorang yang baru saja datang ke rooftop.
"Temen lo nih minta diajarin soal cinta." Ucap Elena tertawa. Bintang menatap Farel serius.
"Lo minta ajarin ke cewek?" Tanya Bintang.
"Apasih bego. Gue nanya doang." Balas Farel.
"Temen kita udah bercinta bro." Ucap Revan terkekeh.
"Jangan lupa ajarin, biar paham. Nanti gue belajar ke cewek lo." Ucap Elena yang bersiap pergi dari tempat itu.
"Kalian berdua mau bercinta barengan?" Tanya Bintang.
"Mungkin iya bercitanya barengan, tapi beda orang." Balas Farel.
"Jangan-jangan kalian saling cinta ya?" Ucap Bintang antusias.
"Ngaco lo." Ucap Elena, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Keren lo Rel, nanyain soal cinta ke orangnya langsung." Ucap Revan.
"Ini baru LAKIK!"
•••
Dibuat 24 September 2021
Dipublish 19 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGREOS [Tamat]
Teen FictionNigreos, sebuah geng motor yang terkenal. Geng motor tersebut, sebelumnya di nilai tidak baik oleh orang-orang sekitar. Namun, setelah berganti ketua, geng motor tersebut menjadi geng yang terkenal akan kebaikannya. Meskipun, terkadang Nigreos mengi...